Ekstremis Jaringan ISIS Bunuh Empat Warga Kristen di Sulawesi Tengah
PALU, SATUHARAPAN.COM-Ekstremis yang terkait jaringan ISIS membunuh empat orang di komunitas Kristen terpencil di Sulawesi Tengah, Indonesia, kata pihak berwenang hari Sabtu (28/11), dengan satu korban dipenggal dan lainnya dibakar sampai mati.
Kelompok penyerang yang bersenjatakan pedang dan senjata menyergap desa Lembantongoa di Provinsi Sulawesi Tengah pada hari Jumat (27/11) pagi, menewaskan beberapa penduduk dan membakar enam rumah, termasuk satu yang digunakan untuk ibadah rutin, kata polisi dikutip AFP.
Sejauh ini belum ada penangkapan yang dilakukan dan motif serangan itu belum jelas. Namun pihak berwenang menuding Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang berbasis di Sulawesi, salah satu dari lusinan kelompok radikal di Asia Tenggara yang telah berjanji setia kepada ISIS.
Indonesia, negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, telah lama bergumul dengan militansi ekstremis dan serangan teror, sementara di Sulawesi Tengah telah terjadi kekerasan intermiten antara umat Kristen dan Muslim selama beberapa dekade.
“Kami sampai pada kesimpulan bahwa mereka (penyerang) berasal dari MIT setelah memperlihatkan foto anggotanya kepada kerabat korban,” yang menyaksikan penyergapan tersebut, kata Kapolres Sigi, Yoga Priyahutama.
Gereja darurat itu kosong pada saat serangan dini hari oleh sekitar delapan militan, tambahnya. “Orang ada di rumahnya saat kejadian itu,” kata Priyahutama.
Kepala desa Lembantongoa, Rifai, yang seperti banyak orang Indonesia lainnya, mengatakan satu korban dipenggal dan yang lainnya hampir dipenggal. Salah satu korban, semuanya laki-laki, ditikam sementara yang keempat dibakar sampai mati di rumahnya, tambahnya. "Beberapa warga berhasil melarikan diri, tetapi korban tidak berhasil," kata Rifai kepada AFP.
Umat ââKristen di Indonesia telah menjadi sasaran di masa lalu, termasuk pada tahun 2018 ketika kelompok terkait ISIS, Jamaah Ansharut Daulah, melancarkan gelombang bom bunuh diri oleh keluarga, termasuk anak-anak, di gereja-gereja di kota terbesar kedua di negara itu, Surabaya, menewaskan belasan jemaah.
Jika dipastikan sebagai pekerjaan MIT, pembunuhan pada hari Jumat itu akan menjadi serangan signifikan pertama sejak pemimpin organisasi tersebut dibunuh empat tahun lalu oleh pasukan elite anti teror Indonesia, menurut pakar terorisme yang berbasis di Jakarta, Sidney Jones. "Melalui serangan itu... mereka ingin menunjukkan bahwa upaya polisi untuk menangkap dan membunuh anggota kelompok itu tidak berdampak apa-apa," katanya.
Pada tahun 2018, MIT diyakini telah mengirim ekstremis yang menyamar sebagai pekerja kemanusiaan ke kota Palu yang dilanda gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah dalam upaya untuk merekrut anggota baru, kata Jones. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, Dipecat oleh Parlemen
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Majelis Nasional Korea Selatan pada hari Sabtu (14/12) melalui pemungutan sua...