Ekstremisme Agama: Satu dari Lima Musuh Utama Jokowi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ekstremisme agama adalah satu dari lima musuh utama yang akan dihadapi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam lima tahun pemerintahannya. Empat musuh lainnya adalah kemungkinan kebuntuan politik di parlemen, perlambatan ekonomi dunia, birokrasi yang kotor dan ketegangan etnis yang dipicu oleh sikap intoleransi sekelompok masyarakat.
Ini merupakan kesimpulan Majalah Time dalam edisi khusus menyambut inagurasi Joko Widodo sebagai presiden RI yang dilansir hari ini (20/10).
"Jokowi unik dalam sejarah kepresidenan RI karena ia berasal bukan dari elit politik dan militer," demikian laporan Time dalam artikel berjudul Joko ‘Jokowi’ Widodo Sworn In Indonesia’s President and Faces These 5 Challenges yang ditulis oleh Hannah Beech.
"Kendati dia berhasil memenangi Pilpres melawan Prabowo Subianto, ia menghadapi sejumlah tantangan di negara demokrasi terbesar ketiga di dunia itu," demikian laporan Time.
Lima tantangan utama yang dihadapi Jokowi, menurut Time adalah:
Pertama, kebuntuan politik. Jokowi memang telah memenangi kursi presiden. Namun, kursi parlemen menguntungkan posisi Koalisi Merah Putih (KMP). Secara kontroversial koalisi ini telah berhasil meloloskan UU Pilkada tidak langsung, yang oleh sementara kalangan dianggap menghambat munculnya figur-figur pilihan rakyat seperti Jokowi. Langkah KMP ini oleh sebagian orang bahkan dijuluki sebagai kudeta legislatif.
Kedua, perlambatan ekonomi. Dengan pudarnya booming komoditas, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang beberapa tahun belakangan berkisar di angka enam persen per tahun akan sulit dipertahankan. Jokowi menjanjikan pertumbuhan ekonomi tujuh persen pada tahun 2018. Ia berjanji akan membenahi logistik serta memanfaatkan posisi RI sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menjadi pusat transportasi global.
Tapi yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana Jokowi dengan program-program populisnya dapat mengatasi anasir nasionalisme yang sangat kental di bidang pengelolaan sumber daya alam, yang akan menghantui investor asing.
Ketiga, ekstremisme agama. Serangan teroris seperti pada tahun 2009 dalam peristiwa yang dikenal sebagai Bom Bunuh Diri Marriott sampai kini memang tidak pernah lagi terjadi. Meskipun demikian, hanya diperlukan satu serangan untuk menghancurkan citra Indonesia yang harmonis.
Sejauh ini, menurut Time, RI telah berhasil menjinakkan sekelompok radikal yang mencoba untuk membajak Islam yang moderat dan sinkretik, yang telah lama berkembang di negara berpenduduk mayoritas Islam yang paling padat di dunia ini. Meskipun demikian, ancaman dari kelompok ekstrem religius masih tetap menghantui.
Keempat, birokrasi yang kotor. Jokowi memenangi Pilpres berkat keberhasilannya melaksanakan kampanye antikorupsi di Solo. Namun tantangannya kini ialah apakah ia akan berhasil memajukan transparansi di birokrasi nasional yang terkenal kotor.
Kelima, relasi etnis. Ketika memimpin Solo dan Jakarta, Jokowi memilih wakilnya yang berlatar belakang agama Kristen. Namun, hal ini belum cukup untuk menjadi jaminan bahwa kelompok intoleran telah dilemahkan. Sebaliknya, Time menganggap terdapat kekhawatiran peningkatan kelompok intoleran dalam relasi etnis maupun agama.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...