Ekuador Kembali Diguncang Gempa Susulan 6,0 SR

Foto udara Pedernales, 18 April 2016, salah satu kota di Ekuador yang terkena dampak terparah gempa bumi berkekuatan 7,8SR. Tim penyelamat dan anggota keluarga yang kehilangan sanak saudara terus melakukan pencarian di puing-puing bangunan pada Senin untuk mencari korban selamat gempa bumi yang telah menewaskan sedikitnya 413 orang dan menghancurkan sejumlah kota di area wisata Ekuador. Pablo Cozzaglio/AFP

Foto ini menunjukkan bangunan yang hancur di Portoviejo, Ekuador pada 19 April 2016, tiga hari pasca gempa hebat 7,8 SR mengguncang pantai Pasifik Eduador di sebuah zona yang populer di kalangan turis. AFP PHOTO/Juan Cevallos

Foto ini menunjukkan bangunan yang hancur di Manta, Ekuador pada 17 April 2016 sehari pasca gempa dashsyat 7,8 SR mengguncang negara tersebut. AFP PHOTO/Luis Acosta

Sebuah bangunan ambruk setelah gempa berkekuatan 7,8SR mengguncang Portoviejo, Ekuador, 17 April 2016. Sedikitnya 77 orang tewas ketika gempa besar mengguncang Ekuador, menghancurkan bangunan dan jembatan serta memaksa warga yang ketakukan untuk mengungsi, ungkap otoritas pada Minggu. Juan Cevallos/AFP

EKUADOR, SATUHARAPAN.COM – Gempa bumi susulan berkekuatan 6,0 Skala Richter (SR) kembali mengguncang dekat pesisir Ekuador pada hari Kamis (21/4) yang sebelumnya telah menewaskan sekitar 600 jiwa. Pernyataan itu disampaikan berdasarkan laporan dari Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) yang terjadi sekitar pukul 22.03 waktu setempat dengan kedalaman 33 kilometer di barat laut Bahia de Caraquez.

Belum ada laporan mengenai korban jiwa, maupun kerusakan infrastruktur akibat gempa. Pihak berwenang juga sampai saat ini belum mengeluarkan peringatan pada tsunami. Ini merupakan salah satu dari serangkaian gempa susulan yang sebelumnya terjadi dengan kekuatan 7,8 SR pada hari Sabtu pekan lalu yang mengguncang negara Amerika Selatan.

Berdasarkan laporan pada hari Kamis (21/4) jumlah korban tewas bertambah menjadi 587 jiwa, sedangkan korban luka mencapai 5.733 dan puluhan orang hingga saat ini masih belum ditemukan. (AFP).

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja