El Nino Diprediksi Turunkan Produksi Padi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Pertanian memprediksi fenomena alam El Nino atau cuaca ekstrem panas, akan menurunkan produksi padi sekitar 1 juta ton gabah kering giling (GKG).
Kepala Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian, Balitbangtan Kementan, Dedi Nurhamsyah di Jakarta, Selasa (30/6), menyatakan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan, pada tahun ini Indonesia akan mengalami gejala alam El Nino dalam skala moderat.
Dampak fenomena alam tersebut terhadap sektor pertanian, akan ada 222.847 hektare lahan sawah irigasi, yang kekeringan dari total 9 juta hektare.
"Dari 222.847 hektare sawah irigasi tersebut, potensi kehilangan produksi 5 ton per hektare. Artinya kita akan kehilangan panen lebih dari 1 juta ton, " katanya.
Namun demikian, menurut Dedi, hal itu tidak akan mengganggu target produksi padi tahun ini sebesar 73 juta ton gabah kering giling, karena Indonesia masih memiliki lahan rawa yang berpotensi panen seluas lahan 509.000 hektare dengan produktivitas 4-5 ton per hektare, atau mencapai 2,2 juta ton gabah kering giling.
Dedi menambahkan, meskipun mengakibatkan kekeringan, di sisi lain El Nino justru membawa potensi berkah bagi lahan rawa seperti di Kalimantan Selatan (Kalsel), karena dengan gejala alam ini rawa yang tadinya basah, kini bisa ditanami.
"Lahan rawa justru saat El Nino produktivitasnya naik dan luas lahannya bertambah," katanya.
Data Balitbangtan menunjukkan lahan pertanian yang akan terkena El Nino lemah seluas 207.778 hektare, moderate seluas 222.847 hektare dan El Nino kuat 227.000 hektare.
Sementara itu Kepala Balitbangtan Kementerian Pertanian Muhammad Syakir mengatakan, Indonesia memiliki 34 juta hektare lebih lahan rawa yang bisa menjadi tambahan area pertanian khususnya persawahan padi.
"Saat ini, persawahan padi yang hanya 9 juta hektare, tak seluruhnya bisa dimanfaatkan maksimal," katanya.
Menurut dia, lahan rawa tersebut tersebar di 17 provinsi seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Riau dan Jambi.
Dari 34,3 juta hektare lahan rawa itu, tambahnya, sekitar 19,99 juta hektare (57,24 persen), merupakan lahan potensial untuk pertanian baik pada lahan APL (area penggunaan lain) maupun pada kawasan hutan produksi (HP) dan hutan produksi konversi (HPK).
"Sisanya sekitar 14,93 juta hektare tidak potensial untuk pertanian yang sebagian besar terdapat di kawasan hutan," kata Syakir.
Berdasarkan hasil analisis potensi lahan, sekitar 3,17 juta hektare (15,84 persen) potensial untuk tanaman hortikultura dataran rendah seperti sayuran maupun buah-buahan dan atau tanaman tahunan antara lain kelapa sawit, karet.
Sedangkan, sekitar 1,84 juta hektare (9,20 persen) potensial untuk tanaman tahunan pada lahan gambut. (Ant)
Editor : Eben Ezer Siadari
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...