El-Tayyeb pada PM Pashinyan: Al-Azhar Selalu Dukung Perjuangan Armenia
Imam besar Al-Azhar juga menyebutkan bahwa Syekh Salim Al-Bishri pada tahun 1909 yang mengutuk pembantaian terhadap orang-orang Armenia.
KAIRO, SATUHARAPAN.COM-Imam Besar Al-Azhar, Mesir, Ahmed El-Tayyeb, menegaskan kepada Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, kedalaman hubungan antara Al-Azhar dan Armenia, menyoroti dukungan lama lembaga Islam Sunni terkemuka tersebut terhadap perjuangan Armenia.
Dalam pertemuan di Kairo pada hari Rabu (6/3), El-Tayyeb mengatakan fatwa yang dikeluarkan oleh Syekh Salim Al-Bishri pada tahun 1909 yang mengutuk pembantaian terhadap orang-orang Armenia mencerminkan pendekatan Al-Azhar yang secara tegas menolak agresi terhadap Muslim dan non Muslim.
Ia menekankan bahwa agama tidak bisa menjadi penyebab perang dan konflik, melainkan satu-satunya jalan bagi umat manusia untuk mengatasi krisis dan menghentikan perang.
El-Tayyeb mengundang delegasi pemuda Armenia yang tertarik mempelajari Islam melalui program “Pengenalan Islam” yang dirancang oleh ulama terkemuka Al-Azhar.
Program ini bertujuan untuk memperkenalkan Islam kepada non Muslim dan membiasakan mereka dengan teks agama, Al-Quran, kata El-Tayyeb.
Al-Qur'an menganggap Taurat dan Injil sebagai teks panduan dan mendorong rasa hormat dan penerimaan terhadap orang lain, tambahnya.
Ia juga menyambut para imam Armenia untuk menerima pelatihan di Akademi Internasional Al-Azhar guna meningkatkan keterampilan mereka dalam mengatasi masalah ekstremisme dan radikalisme serta mendorong hidup berdampingan secara timbal balik.
Dia menunjukkan bahwa inisiatif Rumah Keluarga Mesir, yang diluncurkan oleh Al-Azhar bekerja sama dengan gereja-gereja Mesir lebih dari sepuluh tahun yang lalu, memperkuat nilai-nilai toleransi beragama dan berkontribusi pada perjuangan melawan kefanatikan dan kebencian yang didasarkan pada kesalahpahaman terhadap agama.
Dalam pertemuan tersebut, Imam Besar menyerukan peningkatan upaya untuk menghentikan agresi Zionis di Gaza dan menemukan solusi komprehensif untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke jalur yang terkepung.
Sementara itu, PM Pashinyan menyampaikan apresiasinya atas upaya signifikan yang dilakukan Imam Besar dalam memajukan nilai-nilai hidup berdampingan, persaudaraan, dan perdamaian global.
Ia juga menegaskan bahwa masyarakat Armenia memiliki ikatan sejarah yang kuat dengan negara-negara Islam.
Pengungsi dari Genosida Armenia mencari perlindungan di negara-negara Islam dan menemukan keamanan dan perdamaian tanpa menghadapi penganiayaan agama, katanya.
PM Pashinyan mengusulkan diadakannya pameran di Al-Azhar yang menampilkan manuskrip sejarah Islam paling menonjol milik Armenia yang jumlahnya mencapai ratusan.
Dalam kunjungan dua hari yang dimulai pada hari Selasa (5/3), PM Pashiyan bertemu dengan Presiden Abdel-Fattah El-Sisi dan Paus Gereja Ortodoks Koptik, Tawadros II.
Tahun ini menandai peringatan 30 tahun hubungan diplomatik antara Mesir dan Armenia. Orang Armenia telah tinggal di Mesir sejak abad kedelapan Masehi. Jumlah mereka meningkat antara abad ke-12 dan ke-16 Masehi.
Pada awal abad ke-20, komunitas Armenia yang lebih besar tumbuh di Mesir setelah negara tersebut menerima ribuan pengungsi yang melarikan diri dari genosida Armenia di Kekaisaran Ottoman pada tahun 1915-1923.
Paus Tawadros II memuji hubungan antara gereja Ortodoks Koptik dan Apostolik Armenia selama pertemuan dengan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, di Kairo.
Paus Tawadros II mencatat bahwa Mesir adalah negara yang membuka pintu bagi orang-orang Armenia untuk hidup dan berintegrasi ke dalam masyarakat kita.
Tawadros menyebut Nubar Pasha (1825-1899), yang menjabat sebagai Perdana Menteri pertama Mesir, dan Boghos Bey Yusufian (1775-1844), yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri pertama Mesir, sebagai contoh orang Mesir yang berasal dari Armenia.
Paus mencatat bahwa Gereja Koptik menghormati Santo Gregorius-Orang Armenia dan Santo Hripsime-Orang Armenia dalam kebaktian doanya.
Tawadros mengatakan dia bangga atas persahabatannya dengan Karekin II, kepala Gereja Apostolik Armenia, dan Aram I, kepala Catholicosate dari Rumah Besar Kilikia di Lebanon.
Sementara itu, PM Armenia mengungkapkan kebahagiaannya karena telah mengunjungi Gereja Ortodoks Koptik dan bertemu dengan Paus Tawadros II, serta memuji hubungan persaudaraan antara gereja Koptik dan Armenia. (Al Ahram)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...