Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) Tersisa 200 Ekor
Selain episode heroik tentang Jathayu dalam Ramayana, elang endemik Jawa ini diduga juga menjadi inspirasi penciptaan lambang negara "Garuda Pancasila." Argumentasinya pada posisi berdiri garuda yang tegak, dan bulu kepala (jambul) yang mirip elang Jawa.
Sejak 1993 ditetapkan sebagai satwa langka, dan masuk daftar CITES, yang melarang seluruh perdagangan internasional.
Berdasar kutipan dari Antaranews, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementrian Kehutanan Darori mengatakan saat ini populasi Elang Jawa di Pulau Jawa hanya tinggal sekitar 200 ekor saja. Pernyataan Darori ini disampaikan pada acara pelepasliaran Elang Jawa berusia empat tahun oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X di lereng Merapi, Sleman Yogyakarta pada 26 Februari 2013 lalu.
Tahun 2013 ini populasinya diperkirakan sekitar 200 individu. Tersebar di berbagai daerah dari ujung timur hingga barat Pulau Jawa.
Habitat: hutan yang sulit dijangkau dan awet hijau di pantai sampai ketinggian 3.000 meter dari permukaan laut. Menyukai pohon yang besar dan tertinggi untuk bertengger atau membuat sarang.
Makanan: mamalia pohon berukuran kecil hingga sedang, seperti tupai pohon, bajing, kelelawar buah, anak monyet, luwak, atau burung lain.
Ciri: Panjang tubuh 60 -70 Cm, bobot sekitar 2,5 kilogram. Jabul berwarna coklat kehitaman dengan putih di ujung. Mata berwarna kuning. Kepala, punggung, sayap dan ekor berwarna coklat tua dengan ujung berwarna krem. Kakinya relatif pendek, tetapi kokoh dan kuat untuk mencengkeram mangsa. Kaki juga tertutup bulu. Tajinya panjang dan runcing.
Daur Hidup: Elang Jawa hanya bertelor sebutir dalam satu musim kawin. Telor dierami selama 47 hari, dan sampai usia 10 bulan setelah menetas telah memiliki bulu lengkap. Elang Jawa menjadi dewasa penuh setelah usia sekitar enam tahun.
Editor : KP1
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...