Empat Strategi Agar Bisnis Tak Hancur Akibat COVID-19
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Wirausaha yang bisnisnya terhenti di tengah pandemik virus corona harus memutar otak agar aliran kas tetap berjalan.
Memanfaatkan teknologi dan jeli melihat kesempatan adalah beberapa kunci agar bisnis bisa terus bertahan selama COVID-19 masih merajalela.
1. Geser fokus, buat produk yang relevan
Pebisnis makanan dan minuman yang kehilangan pembeli akibat pembatasan sosial bisa mencari cara lain agar roda perekonomian tetap berputar.
Hutami Nadya, Data Analyst startup penyedia layanan kasir digital Moka, mengatakan gerai makanan bisa menyiasatinya dengan tak cuma menjual makanan siap santap, tapi bahan yang siap dimasak.
"Sekarang orang jadi hobi masak, mungkin untuk pesan makanan jadi kurang memuaskan. Banyak merchant F&B yang jualan paket yang tinggal dimasak sendiri, atau bahan bakunya," kata Hutami dalam konferensi pers virtual, Rabu (15/4).
Strategi ini juga bisa diterapkan untuk bisnis fashion. Coba buat produk yang sedang betul-betul dicari konsumen dengan bahan yang dimiliki. Sebagai contoh, pebisnis pakaian atau kerudung bisa beralih membuat masker-masker kain yang kini wajib dipakai demi mencegah penyebaran virus.
Bisnis jasa kecantikan seperti salon pun bisa menyiasati strategi ini dengan mengubah fokus dari jasa menjadi ritel produk kecantikan. Hutami menyarankan, produk yang biasa dipakai untuk pelanggan bisa dikemas dan dijual lewat platform digital.
"Atau buat try it at home kit, jadi konsumen bisa memakai produk tersebut sendiri di rumahnya," kata dia.
2. Promosi
Untuk bisnis makanan dan minuman, promosi bisa dibuat dengan memberi harga diskon atau paket menu tertentu. Menurut Hutami, promosi yang tepat di tengah kondisi pandemik sebaiknya lebih gencar untuk layanan pesan antar.
"Promosi seperti free ongkir (ongkos kirim) bisa lebih bermanfaat," ujar dia.
Ini tak lepas dari peningkatan jumlah makanan yang diantar selama periode bekerja dari rumah berdasarkan data Moka. "Delivery order naik 30 persen hingga pekan kedua April."
Promosi pada bisnis fashion bisa diterapkan untuk barang-barang terlaris. Sebab, konsumen saat ini cenderung untuk membeli barang-barang yang paling penting. Prioritas untuk membeli pakaian dapat bergeser karena orang kini menghabiskan waktu di rumah.
"Bisa juga kasih kupon atau gift card, bisa untuk belanja nanti-nanti pas butuh,"
Skema ini diharapkan dapat membantu pelaku usaha mendapatkan aliran kas positif untuk membiayai sewa tempat, gaji karyawan, cicilan modal usaha, asuransi, stok bahan baku, dana perbaikan dan pengeluaran lainnya.
3. Maksimalkan layanan online
Penjualan daring jadi andalan ketika masyarakat berdiam diri di rumah dan membeli segala kebutuhan melalui Internet. Maksimalkan semua layanan daring dan jangan lupa buat aplikasi atau platform yang mudah diakses oleh konsumen. Sebagai alternatif, bergabunglah ke berbagai e-commerce untuk memperluas lapak dagangan di dunia maya.
4. Empati
Farid Fatahillah, Associate Consultant Iventure, menyatakan bahwa krisis wabah COVID-19 adalah ajang bagi brand untuk berempati, peduli dan memberikan solusi.
"Ini adalah keharusan dan kenormalan baru,” jelasnya.
Misalnya, perusahaan kosmetik yang mengalihkan pabriknya untuk membuat hand sanitizer. Brand juga bisa memberikan tanggung jawab agar konsumen tidak was-was. Pemilik restoran atau kafe bisa menyematkan bukti cek suhu tubuh koki atau barista di pesanan pembeli sebagai jaminan kesehatan.
Berikan manfaat dan solusi untuk konsumen, seperti memberi kelas online gratis atau akses streaming gratis selama beberapa waktu agar masyarakat tidak bosan.
Terakhir, brand akan mendapat sentimen positif bila tak cuma berjualan, tetapi juga berdonasi di tengah situasi sulit. (Ant)
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...