Erdogan Diperkirakan akan Memenangkan Pemilu Turki
ISTANBUL, SATUHARAPAN.COM - Rakyat Turki memberikan suara mereka dalam pemilihan presiden langsung untuk pertama kalinya, dan Perdana Menteri petahana Tayyip Erdogan (60) diperkirakan menang.
Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan pada Minggu (10/8) diperkirakan akan mengalahkan dua pesaingnya dalam pemilu untuk menjadi presiden baru Turki, menjanjikan perluasan posisi tersebut dengan kewenangan baru saat lawan-lawannya mengkhawatirkan Turki perlahan-lahan bergerak menuju autokrasi.
Erdogan, seorang penganut Muslim yang taat, memerintah Turki sebagai perdana menteri sejak 2003, sebuah periode saat dia mengubah negara itu dengan proyek modernisasi namun juga menghadapi tuduhan melancarkan Islamisasi bertahap dan mengurangi hak-hak sipil.
Pemilu itu merupakan pertama kalinya Turki secara langsung akan memilih presidennya, yang sebelumnya dipilih oleh parlemen dan dalam beberapa dekade terakhir menjalankan peran yang mayoritas bersifat seremonial.
Namun Erdogan, yang senang disebut oleh para pengikutnya sebagai “Sultan”, secara jelas menyatakan bahwa dirinya berniat untuk menjadi kepala negara yang “bekerja keras” dan memiliki kekuasaan sesungguhnya.
Partai berkuasa Justice and Development Party (AKP) berjanji akan berupaya mengubah konstitusi untuk memberikan presiden kewenangan lebih, yang bisa menjadikan Turki sebuah sistem kepresidenan mirip Prancis ketimbang demokrasi parlementernya saat ini.
Namun lawan-lawannya menuduh Erdogan merusak warisan sekuler dari bapak pendiri Turki yaitu Mustafa Kemal Ataturk, yang mendirikan negara modern tersebut setelah keruntuhan Kekaisaran Otoman dengan secara tegas memisahkan agama dan politik.
Lawan politik Erdogan memperingatkan bahwa seorang Erdogan dengan dasar Islam politik dan intoleran terhadap mereka yang berbeda pandangan, akan mendorong anggota NATO dan calon anggota Uni Eropa itu lebih menjauh dari cita-cita sekuler Ataturk. (AFP)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...