Evakuasi Warga Sipil dan Pemberontak di Aleppo Terhenti
ALEPPO, SATUHARAPAN.COM – Perjanjian gencatan senjata untuk mengevakuasi puluhan ribu pejuang dan warga sipil dari wilayah yang dikuasai pemberontak di Aleppo timur telah terhenti, menurut seorang pejabat Suriah.
Dia mengatakan kepada Reuters, langkah tersebut terpaksa dilakukan karena ada ‘penghalang’.
Stasiun televisi resmi negara itu melaporkan bahwa kelompok pemberontak yang berusaha menyelundupkan tawanan dan senjata berat mereka, melanggar kesepakatan evakuasi.
Media oposisi Orient TV, menuduh milisi Syiah yang setia kepada pemerintah Suriah telah menembaki mobil-mobil yang sedang beriringan di mana di dalamnya ada warga sipil yang berusaha menyelamatkan diri. Kepada Reuters, komandan pemberontak telah mengakui bahwa pihaknya bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Seorang saksi, kepada Reuters mengatakan bahwa dia mendengar setidaknya ada empat ledakan di lokasi di mana bus yang membawa warga sipil melintas.
Sebagai bagian dari kesepakatan antara Turki dan Rusia, puluhan ribu pemberontak dan warga sipil seharusnya dievakuasi dari Aleppo timur ke Idlib yang dikuasai pemberontak, yang memungkinkan pemerintah Suriah mengambil kontrol penuh dari kota itu setelah bertempur bertahun-tahun.
Operasi diluncurkan pada hari Kamis (15/12) dan diperkirakan memakan waktu beberapa hari.
Sebelumnya pada hari Jumat (16/12), Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sebanyak 6.000 orang termasuk 3.000 pemberontak telah dievakuasi dari daerah tersebut.
Zouhir Al Shimale, seorang jurnalis di Aleppo timur melaporkan bahwa evakuasi telah bergerak lambat.
“Orang-orang masih berada di jalan semalaman,” kata dia kepada Aljazeera pada hari Jumat (16/12) pagi, menambahkan bahwa suhu di luar telah berada di bawah nol derajat celcius.
“Ribuan orang masih menunggu di sini.”
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry telah memperingatkan bahwa sebuah tindakan sangat diperlukan untuk mencegah pembantaian.
Penarikan akan dimulai pada hari setelah pasukan pemerintah Suriah melancarkan serangan besar untuk merebut kembali semua wilayah Aleppo dan akan menyerahkan Suriah kepada Presiden Bashar al-Assad atas kemenangan terbesarnya dalam lebih dari lima tahun perang saudara.
Aleppo, kota terbesar kedua Suriah dan pusat budaya dan ekonomi utama telah terbagi antara pasukan pemerintah dan pemberontak sejak tahun 2012. (aljazeera)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...