Evakuasi Warga Sipil Suriah dan Pemberontak di Aleppo Ditunda
ALEPPO, SATUHARAPAN.COM - Evakuasi warga sipil dan pemberontak dari Aleppo timur, Suriah ditunda beberapa jam pada Rabu pagi (14/12) waktu setempat, menurut laporan wartawan AFP di kota tersebut.
Pengimplementasian kesepakatan evakuasi, yang dimediasi oleh Rusia dan Turki, diperkirakan bakal dimulai sekitar pukul 5.00, menurut laporan Observatorium HAM Suriah dan narasumber di lapangan.
Namun, tiga jam kemudian, belasan bus pemerintah yang sudah siaga di Distrik Salaheddin untuk mengangkut para warga dan pemberontak masih belum bergerak dan para sopir masih tidur di dalam kendaraan.
Belum ada penjelasan resmi mengenai penundaan tersebut baik dari pihak pemerintah, pemberontak maupun AS dan Rusia.
Kantor berita BBC melaporkan telah terjadi pertempuran sengit di Aleppo. Aktivis Suriah juga mengatakan serangan udara dari militer Suriah terjadi di wilayah yang dikuasai pemberontak.
"Bentrokan keras dan pemboman sangat sengit ... tampaknya segala sesuatu (gencatan senjata) telah selesai," kata Rami Abdulrahman, direktur Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, seperti dikutip BBC hari Rabu (14/12).
“Pagi ini pasukan pemerintah menembakkan sedikitnya 14 artileri ke kawasan yang dikuasai pemberontak untuk pertama kalinya sejak Selasa,” ujar Rami Abdulrahman.
Kesepakatan evakuasi diumumkan pada Selasa (13/12) malam saat pasukan militer Suriah sudah hampir berhasil merebut kembali seluruh wilayah Aleppo timur, yang diduduki pemberontak sejak 2012. Kesepakatan tercapai sebulan sejak militer Suriah mulai menggelar operasi untuk merebut seluruh wilayah Aleppo timur, yang dikuasai pemberontak.
“Kesepakatan untuk mengevakuasi warga Aleppo tercapai, baik warga sipil maupun gerilyawan dengan membawa senjata ringan, dari sejumlah distrik yang dikepung di Aleppo timur,” ujar Yasser al-Youssef dari kelompok pemberontak Nurredin al Zinki.
Dia mengatakan kesepakatan tersebut didukung oleh Rusia dan Turki, dan akan segera diimplementasikan.
Pemberontak kini dikepung di sepetak lahan di wilayah selatan Aleppo timur, dan puluhan ribu warga sipil telah menyelamatkan diri dari wilayah kekuasaan pemberontak.
“Tahap pertama adalah evakuasi warga sipil dan mereka yang cedera, dalam beberapa jam ke depan, setelah itu gerilyawan akan pergi membawa senjata ringan,” imbuh Youssef.
Kesepakatan tersebut menetapkan bahwa warga dan gerilyawan diizinkan memilih pergi ke daerah kekuasaan pemberontak di Aleppo barat atau ke Provinsi Idlib.
Kelompok pemberontak Ahrar al Sham juga membenarkan kesepakatan telah tercapai, dan warga sipil beserta gerilyawan akan dievakuasi menggunakan bus ke Aleppo barat atau Idlib.
Idlib hampir seluruhnya dikuasai aliansi pemberontak Tentara Penakluk.
Ahmed Ramadan, pejabat kelompok pemberontak Koalisi Nasional, juga membenarkan kesepakatan telah tercapai. (AFP)
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...