Fahri Hamzah Harap PBB Atur Penistaan Agama
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Wakil Ketua DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah menyarankan agar dunia internasional melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dapat membuat undang-undang (UU) yang mengatur tentang penistaan simbol agama.
Hal tersebut disampaikan Fahri guna menanggapi tragedi yang menimpa kantor redaksi tabloid Charlie Hebdo di Paris, Prancis. Menurut dia bila PBB membuat UU yang mengatur tentang penistaan agama, maka menutup pintu berkembangnya pemikiran radikal dan fundamental.
“Saya usul konvensi internasional di PBB yang melarang penistaan agama ataupun simbolnya. Dengan begitu maka bibit berkembangnya fundamentalisme dan radikalisme akan tertutup,” kata Fahri saat ditemui di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (9/1).
Menurut dia, bibit fundamentalisme dan radikalisme hadir karena berbagai macam faktor seperti frustasi dengan kehidupan ekonomi, sehingga sesorang bisa mengalami brain wash atau cuci otak.
Selanjutnya, tragedi Charlie Hebdo juga menunjukkan adanya persoalan terorisme dan pembunuhan. Terkait hal ini ia berpandangan dalam situasi damai harus dikecam dan dinyatakan sebagai tindak kejahatan. “Karena berbeda ketika orang membunuh di medan perang itu tidak bisa disalahkan. Sekarang kejadian ini terjadi di kantor media massa, jadi harus dikecam sebagai tindakan brutal dan bertentangan dengan nilai agama,” ujar Fahri.
Persoalan jurnalisme barat yang tak memiliki batasan juga turut menjadi akar permasalahan menurut politisi PKS itu. Dia pun mengambil analogi tentang kehidupan antar tetangga dalam sebuah kompleks perumahan.
“Misalnya tetangga saya punya anjing yang selalu bikin ribut, lalu saya datang untuk menegur dia, tapi tak ada perubahan. Lalu karena masih ribut dan tetangga lain juga merasa terganggu, kami melapor ke kepolisian, tapi polisi tidak bisa bertindak justru mengatakan itu hak anjing menggonggong. Akhirnya, saya pilih jalan pintas dengan mengambil tindakan sendiri,” ujar dia.
“Jadi begitu, saya dengar Pemerintah Prancis juga sudah memperingatkan Charlie Hebdo bahwa pemberitaan mereka berbahaya, tapi tak diindahkan, sekarang inilah yang terjadi,” Fahri menambahkan.
Dengan terjadinya tragedi Charlie Hebdon, Fahri berharap dapat dijadikan panggilan perdamaian bagi negara barat. Sebab, memasuki abad 21, semakin banyak imigran yang datang ke Eropa dan Amerika Serikat setelah mendapat tekanan di dalam negaranya sendiri. “Namun ketika sudah tiba, mereka kembali tertekan, hal ini yang kian menekan mereka kemudian muncul tindakan seperti ini (tragedi Charlie Hebdon),” tutur dia.
Politisi PKS itu mengaku bersyukur karena hubungan antar agama masih terjaga dan tidak saling menjelekkan satu dengan lainnya.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...