Fashion Karya Siswi SMK Kudus Melenggang ke Panggung Dunia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bakti Pendidikan Djarum Foundation melalui Program Peningkatan Kualitas Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), bekerja sama dengan Indonesian Fashion Chamber (IFC) dan Ditali Cipta Kreatif melakukan program pendampingan intensif berkonsep inkubasi yang mampu mengantar karya dalam bentuk fashion dari siswi SMK NU Banat, Kudus, melenggang ke panggung dunia.
Salah satu project pendampingan yang dilakukan oleh IFC adalah menampilkan koleksi karya siswa SMK NU Banat di ajang pameran dagang dan pagelaran busana Internasional, Centre Stage Asia’s Premiere Fashion, pada tanggal 7-10 September 2016 di Hong Kong.
“Seiring dengan pertumbuhan industri mode yang kian pesat di tanah air, tentunya perlu diimbangi dengan kualitas pembangunan sumber daya manusia melalui bidang pendidikan mode yang sesuai dengan kebutuhan industri saat ini, baik di tingkat perguruan tinggi maupun menengah seperti pada SMK. Hal ini juga diwujudkan agar menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai kebutuhan industri mode saat ini,” ujar National Chairman of Indonesian Fashion Chamber, Ali Charisma, dalam Konferensi Pers “Membawa Karya SMK ke Panggung Dunia”, di Artotel, Jakarta Pusat, hari Kamis (1/9).
Program tersebut meliputi pengembangan kurikulum, pelatihan peningkatan kemampuan tenaga pendidik, serta bantuan infrastruktur dan fasilitas penunjang pendidikan sesuai dengan teknologi terkini yang digunakan oleh industri. Salah satunya yaitu fasilitas studio design yang dilengkapi perangkat komputer Optitex Fashion CAD, yakni piranti lunak yang umumnya digunakan oleh perancang busana kelas dunia.
Dengan memanfaatkan teknologi ini, para siswa dapat membuat rancangan busana serta pola dan purwarupa dalam bentuk tiga dimensi yang dapat disesuaikan dengan bentuk dan ukuran tubuh pemakai secara akurat.
“Potensi industri kreatif di Indonesia sangatlah besar. Unsur budaya yang beragam memberikan kekuatan tersendiri pada industri mode tanah air, salah satunya melalui kekayaan corak kain nusantara. Hal ini tentu dapat menjadi karakter tersendiri jika disejajarkan dengan produk mode dari manca negara lainnya,” kata Ali.
Adat ketimuran yang dianut oleh Indonesia juga memberikan potensi besar dalam mengembangkan industri busana sopan atau lebih dikenal dengan istilah modest wear. Industri ini tengah diincar banyak pelaku mode internasional. Sebagai negara dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia juga memiliki keunggulan untuk menjadi kiblat busana muslim dunia beberapa tahun mendatang.
Oleh karena itu, kurikulum yang diterapkan di jurusan Tata Busana SMK NU Banat tidak hanya sekedar membekali para murid dengan keterampilan menjahit, melainkan juga menekankan kemampuan mereka dalam membuat desain rancangan busana khususnya modest wear dengan memadukan unsur budaya lokal, salah satunya batik Kudus.
Selain mencetak tenaga terampil yang mahir secara teknik, para siswa juga didampingi agar memiliki kemampuan memasarkan hasil rancangannya melalui sebuah unit usaha berlabel Zelmira.
“Zelmira sudah dirilis setahun lalu. Lalu setelah dibina, kami cari pasar yang lebih luas, yakni yang bisa dipakai di semua iklim berupa urban contemporer dengan bentuk ready to wear,” ujar Advisory Board of Indonesian Fashion Chamber, Dina Midiani.
Risa Maharani, Nafida Royyana, Rania, dan Nia Faradiska, adalah empat siswi yang terpilih melalui proses seleksi untuk menampilkan desain busana terbaiknya di panggung utama Centre Stage.
Proses pemilihan keempatnya diawali dengan mengidentifikasi personality dan kreatifitas murid, lalu dikelompokkan yang dianggap bisa bekerja sama dalam satu brand. Melalui brand Zelmira, koleksi busana hasil karya mereka dikemas dalam tema “Revive”.
Keempatnya mengusung gaya urban modest wear dipadukan dengan penggunaan kain batik serta bordir yang kental, tema ini terinspirasi dari Menara Kudus yang bersejarah dan Gerbang Kudus Kota Kretek. Revive sendiri mengandung harapan untuk menghidupkan kembali kekayaan budaya lokal Kudus yang tercermin pada kedua bangunan tersebut.
“Melalui program ini, kami akan menampilkan potensi siswa SMK sebagai perancang busana yang dikenal dunia. Kami telah membekali mereka dengan keterampilan merancang busana, khususnya rancangan dengan citra identitas nusantara. Ini akan dikelola secara professional dengan tanpa mengganggu proses belajar di SMK. Setelah lulus mereka siap menjadi designer,” kata Dina.
Lebih jauh lagi, para siswi SMK ini diberikan kesempatan untuk mengikuti pagelaran busana dan pameran dagang dunia agar dapat membangun jaringan dalam memasarkan hasil rancangannya,” tutur Program Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Primadi H Serad.
Selama empat bulan, mereka dimentori oleh para designer profesional dari IFC untuk mempersiapkan project ini, mulai dari pengembangan konsep, pendalaman inspirasi, menghubungkan produk dengan tema dan tren internasional, arahan penentuan harga, hingga branding dan pemasaran.
Dengan mengikuti pameran dagang Internasional seperti Centre Stage, mereka tidak hanya dapat mengenalkan dan mempromosikan rancangannya kepada buyer atau media luar negeri, tapi juga mempelajari tren global.
Lulusan SMK diharapkan dapat menjadi designer profesional yang tidak hanya bagus secara skill dan personal branding, tetapi juga kuat secara bisnis.
“Begitu lulus tidak bingung cari kerja, tapi bingung cari pekerja karena bisa membuka lapangan kerja sendiri,” kata dia.
Centre Stage diselenggarakan oleh Hong Kong Trade Development Council (HKTDC) yang berpengalaman selama 50 tahun dalam mengorganisir eksibisi, konferensi, maupun program terkait fashion tingkat Internasional. Ajang ini diikuti oleh 200 exhibitor dari 20 negara, 30 fashion show dari beragam brand Internasional, dan mengundang buyer dari berbagai negara, di antaranya Malaysia, Thailand, Korea, China, Taiwan, Jepang, India, Australia, Saudia Arabia, Amerika, dan Eropa.
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...