Fast Food, Fast Faith
SATUHARAPAN.COM Dalam perjalanan pagi-pagi sekali ke Jawa Tengah saya mampir di rest area di ruas jalan tol untuk mengisi bahan bakar baik untuk kendaraan maupun untuk isi perut, maklum belum sempat sarapan.
Ternyata belum ada restoran atau food court yang buka, satu-satunya hanya restoran cepat saji yang memang buka 24 jam. Saya dan keluarga pun terpaksa ikut antre untuk beli makanan di resto tersebut. Fast food adalah istilah makanan yang disajikan karena proses penyiapan dan penyajiannya tergolong cepat. Saya sempat teringat dengan pesan layanan kesehatan yang mengingatkan jenis makanan seperti ini rawan dengan kolesterol tinggi yang tentunya kurang baik untuk kesehatan. Tetapi sudah lapar, mau apa lagi!
Fast food memang bisa jadi pilihan dalam kondisi kepepet, meski bukan pilihan tepat untuk dikonsumsi terus-menerus. Sambil makan saya jadi berfikir, kalau makanan bisa fast food, apakah iman bisa fast faith? Mestinya iman yang kita yakini, tentu tidak serta merta kita peroleh dengan cara instan, namun melalui proses yang terus-menerus dalam pergumulan, pemahaman, dan pembelajaran, sehingga sampai pada suatu titik tertentu mantap menjadi pilihan yang kita yakini.
Iman memang bukan makanan cepat saji, namun lebih cocok sebagai lifelong food (makanan sepanjang hayat) yang memang harus terus-menerus dikonsumsi sebagai makanan rohani sehat yang membuat kita dapat terus bertumbuh dalam kedewasaan hidup. Tentunya tidak ada istilah kepepet untuk menentukan sesuatu yang kita yakini. Namun, melalui proses perjalanan panjang, itu menjadi sebuah pilihan pasti.
Selamat Hari Minggu!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...