FBI Terus Desak Apple Buka Akses ke iPhone
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Apple mengatakan Federal Bureau of Investigation (FBI) telah meminta akses membuka lebih dari selusin iPhone dalam lima bulan terakhir, memperkuat argumen raksasa teknologi itu bahwa permintaan FBI dalam kasus pembantaian di San Bernardino akan mengarah ke permintaan lebih lanjut.
Dalam dokumen pengadilan yang baru-baru ini dibuka, pengacara Apple mengatakan, perusahaan itu menerima permintaan untuk membuka iPhone di California, Illinois, Massachusetts, Ohio dan New York untuk berbagai perangkat mulai dari iPhone 3S sampai iPhone 6 Plus, yang telah meningkatkan langkah-langkah keamanan dan privasi.
Departemen Kehakiman dan Apple terlibat perselisihan sengit sejak pekan lalu, ketika seorang hakim California memerintahkan raksasa teknologi itu memberi FBI akses ke ponsel Syed Rizwan Farook yang disediakan kantornya, guna membantu penyelidikan kasus San Bernardino.
Farook bersama istrinya, Tafsheen Malik, menewaskan 14 orang Desember lalu di San Bernardino, California.
Apple menolak permintaan itu dengan alasan FBI meminta akses yang dinilai akan mengakali langkah-langkah keamanan perusahaan itu. Piranti lunak akses itu, di tangan yang salah, kelak akan membuat banyak pengguna Ponsel Apple rentan penyusupan.
Menurut perusahaan itu, pemerintah Obama seharusnya meminta persetujuan Kongres mengenai undang-undnag baru untuk menangani masalah itu. Tetapi Jaksa Agung Amerika Loretta Lynch hari Rabu (24/2) bersikeras, ada preseden untuk mendukung permintaan pemerintah.
Apple punya waktu sampai Jumat untuk mengajukan penolakan atas permintaan pemerintah, dan sidang kasus ini dijadwalkan 22 Maret.
Kepala CIA Dukung FBI
Kepala Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat (CIA) John Brennan mengatakan dalam sebuah wawancara pada hari Rabu (24/2) bahwa dia mendukung perjuangan FBI untuk mendesak Apple membuka sebuah iPhone yang digunakan salah satu penyerang San Bernardino.
Dalam percakapan dengan National Public Radio, Brennan mengatakan publik tidak akan pernah menerima bahwa penjahat atau teroris memiliki akses eksklusif ke kotak penyimpanan fisik, dan menanyakan mengapa sebuah ponsel terenskripsi harus mendapat perlakuan berbeda.
“Apa yang akan dikatakan orang-orang jika sebuah bank memiliki kotak penyimpanan, atau sebuah perusahaan penyimpanan memiliki ruang pembuangan data, yang bisa digunakan dan diakses oleh orang-orang untuk menyimpan data, namun pemerintah tidak bisa mengakses tempat tersebut ” tanya Brennan.
“FBI jelas memiliki dasar yang sah untuk mencoba memahami apa yang ada di dalam ponsel itu yang merupakan bagian dari investigasi aktif.”
Apple sedang menjadi pusat perhatian dalam sengketa hukum setelah seorang hakim AS memerintahkan raksasa teknologi itu untuk mencari cara membuka ponsel iPhone yang bersangkutan, milik Syed Farook, seorang warga AS.
Bersama istrinya Tashfeen Malik yang berasal dari Pakistan, Farook menembak 14 orang di kota San Bernardino, California pada Desember. (AFP/Ant/voa)
Editor : Eben E. Siadari
Wapres Lihat Bayi Bernama Gibran di Pengungsian Erupsi Lewot...
FLORES TIMUR, SATUHARAPAN.COM - Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka mengunjungi seorang b...