FIFA Gunakan Teknologi Garis Gawang di Piala Konfederasi
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Teknologi garis gawang digunakan di sepakbola internasional akhir pekan ini di Piala Konfederasi di Brasil. FIFA, badan yang mengatur olahraga akhirnya mengalah atas tekanan internasional setelah seruan serupa tidak ditanggapi di Piala Dunia 2010. Demikian dilansir dari situs Voice of America.
Pemutaran ulang video pertandingan antara Inggris dan Jerman jelas menunjukkan pemain Inggris, Frank Lampard, mencetak gol melawan Jerman namun tidak disahkan karena baik wasit maupun hakim garis tidak melihat bola melewati garis gawang setelah bola itu memantul dari dalam gawang dan keluar ke lapangan.
Perusahaan Goal Control
Bjorn Linder mendapatkan tugas untuk memastikan kesalahan wasit seperti itu tidak pernah terjadi lagi. Dia adalah ketua GoalControl, perusahaan berbasis di Jerman yang mendapat kontrak untuk Piala Konfederasi tahun ini.
Timnya telah berada di Brasil selama berminggu-minggu sebelum pertandingan mendatang sebagai bagian dari proses sertifikasi FIFA.
“Kami memiliki tujuh kamera di setiap gawang dan komputer-komputer yang dihubungkan dengan kamera-kamera tersebut. Komputer-komputer itu menyimpan gambar sekitar 500 gambar per detik.” Komputer melacak gerakan bola saat itu juga dan mereka ulang permainan.
“Begitu komputer menangkap bahwa bola telah melewati garis gawang, ia akan memberi sinyal pada jam wasit," ujar Linder. "Semua wasit di lapangan menerima sinyal tersebut. Saat itu bergetar dan memberi sinyal optik bertuliskan 'gol' sehingga wasit tahu gol telah terjadi.”
Nic Fleming, seorang penulis ilmiah dan teknologi di London mengatakan, “mata-mata elektronik di garis gawang dapat menyelesaikan perdebatan, namun masih bergantung pada banyak kemungkinan-kemungkinan.”
Ketidakpastian Ilmu Pengetahuan
Dalam sebuah artikel di majalah Nature, Fleming menulis pengenalan teknologi garis gawang itu “akan menghilangkan kesempatan besar untuk mendidik orang-orang tentang peran ketidakpastian dalam ilmu pengetahuan. Alat ini fantastis, namun juga harus realistis mengenai keterbatasannya, dan ilmu pengetahuan itu terkait kemungkinan-kemungkinan dan penting bagi masyarakat untuk memahaminya. Pesan inilah yang harus disampaikan dalam permainan yang sangat populer ini.”
GoalControl menyatakan ketepatan alatnya plus minus 5 milimeter, di bawah persyaratan minimum FIFA yaitu plus minus 3 centimeter.
“Persoalan yang lebih luas sebenarnya bahwa ilmu pengetahuan adalah pusat banyak perdebatan masyarakat saat ini, apakah itu perubahan iklim atau tenaga nuklir atau rekayasa genetik,” tulis Fleming. “Dalam semua kasus ilmu pengetahuan memberikan kemungkinan-kemungkinan. Ilmu pengetahuan tidak memberikan ya – tidak, atau jawaban hitam-putih.”
Tetapi dengan masuknya teknologi garis gawang sebagai bagian integral olahraga sepakbola, menjadi hal penting untuk mengingat bahwa wasit, dan bukannya komputer yang akhirnya mengambil keputusan.
Editor : Yan Chrisna
BRIN: Duri Landak dapat Jadi Gel Penyembuh Luka
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan riset terhadap manfaat ...