Fiji Akan Tinjau Ulang Kerja Sama Keamanan dengan China
WELLINGTON, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin Fiji pada hari Rabu (7/6) mengindikasikan negaranya sedang mempertimbangkan kembali hubungan keamanannya dengan China pada saat ketegangan geopolitik di Pasifik meningkat.
Perdana Menteri, Sitiveni Rabuka, mengatakan Fiji sedang meninjau perjanjian kerja sama polisi kontroversial yang ditandatangani dengan China pada 2011 yang memungkinkan petugas polisi China ditempatkan di Fiji.
Pada satu titik selama konferensi pers di Wellington dengan rekannya dari Selandia Baru, Chris Hipkins, Rabuka tampaknya melangkah lebih jauh dengan mengacu pada "penghentian" perjanjian Fiji. “Jika sistem dan nilai kita berbeda, kerja sama apa yang bisa kita dapatkan dari mereka?” kata Rabuka, mengacu pada China.
“Kita perlu melihat itu lagi sebelum kita memutuskan apakah kita kembali ke sana, atau jika kita melanjutkan cara yang kita miliki di masa lalu dengan bekerja sama dengan mereka yang memiliki nilai dan sistem demokrasi yang sama.”
Rabuka mengatakan Fiji sedang menyelesaikan perjanjian pertahanan dengan Selandia Baru, yang diharapkan selesai pekan depan. Dia mengatakan perjanjian baru itu akan memungkinkan militer Fiji membangun kapasitas dan keterampilannya serta terpapar pada teknologi baru.
Dia mengatakan ada banyak fokus geopolitik di kawasan itu, tetapi negara-negara Pasifik hanya mengkhawatirkan militerisasi “ketika diplomasi dan diskusi umum bertetangga gagal.”
Fiji memperluas perjanjian kepolisiannya dengan China pada tahun 2013 untuk memasukkan beberapa kerja sama militer, tetapi Rabuka pada hari Rabu tidak secara langsung membahas pengaturan itu.
China sebelumnya mengatakan perjanjian keamanan telah menguntungkan Fiji dan berharap untuk melanjutkan kerja sama.
Rabuka memenangkan pemilihan yang menegangkan pada bulan Desember atas Frank Bainimarama, yang telah memegang kekuasaan di Fiji selama 16 tahun. Rabuka telah bergerak sejak saat itu untuk menjauhkan diri dari beberapa kebijakan Bainimarama, termasuk langkah untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan China.
Sementara itu, Bainimarama dan mantan Komisaris Polisi Sitiveni Qiliho, yang mengawasi perjanjian kepolisian China, kini menghadapi tuntutan pidana karena menyalahgunakan kekuasaan, seperti halnya mantan Jaksa Agung, Aiyaz Sayed-Khaiyum, yang secara luas dipandang sebagai tangan kanan Bainimarama.
China dan merika Serikat telah meningkatkan persaingan mereka untuk mendapatkan pengaruh di Pasifik dalam beberapa tahun terakhir.
Bulan lalu AS menandatangani pakta keamanan baru dengan Papua Nugini, yang berlokasi strategis di utara Australia. AS juga telah membuka kedutaan besar di Kepulauan Solomon dan Tonga, serta menghidupkan kembali upaya sukarelawan Peace Corps.
Tahun lalu, Kepulauan Solomon menandatangani pakta keamanannya sendiri dengan China, sebuah langkah yang menimbulkan kekhawatiran di seluruh Pasifik. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...