Food for the Hungry Bantu Pengungsi Suriah di Libanon dan Yordania
ARIZONA, SATUHARAPAN.COM – Sebuah lembaga bantuan kemanusiaan yang berbasis di Arizona, Amerika Serikat, membantu mitra lokal mereka di Libanon dan Yordania untuk membantu para pengungsi Suriah di wilayah tersebut.
Informasi dari Komisi Tinggi Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) untuk Urusan Pengungsi (UNHCR / United Nations High Commission on Refugees), menyebutkan sekitar 1,6 juta warga Suriah mengungsi di Yordania dan Libanon akibat konflik bersenjata yang telah berlangsung lebih dari dua tahun ini. Sekitar 90.000 orang diperkirakan telah tewas.
Food for the Hungry (FH), lembaga tersebut, menyediakan makanan, tempat tinggal dan barang kebutuhan rumah tangga untuk pengungsi di Libanon dan Yordania. Lembaga ini bekerja sama dengan 18 lembaga Kristen lainnya untuk menggalang bantuan. Sedangkan mitra lokal di Yordania dan Libanon adalah Lebanese Society for Educational and Social Development (LSESD), Arab Women Today Ministries, dan Manara International Ministry.
Direktur Tanggap Darurat FH, Peter Howard, baru saja mengunjungi pengungsi di sana. "Perlu mengembangkan kerja sama dengan kelompok-kelompok lokal. Kita tidak bisa hanya datang, memberikan bantuan dan pergi. Sebaliknya, kita perlu memperkuat mitra lokal yang dipercaya, memiliki jaringan yang kuat dan dapat mengidentifikasi mereka yang sangat membutuhkan untuk jangka panjang. Organisasi seperti ini memiliki kemampuan terbesar untuk menciptakan dampak yang langgeng. FH ada untuk mendukung mereka,” kata dia.
Menurut Howard, krisis Suriah sangat mengerikan. Para pengungsi membutuhkan bantuan. Dia memberi contoh tentang seorang anak pengungsi dari strata sosial ekonomi menengah yang ditemuinya. Anak itu tengah memakan makanan kuda yang mulai berjamur. Sementara hanya dalam 20 menit perjalanan ada rumah makan cepat saji internasional.
“Keluarga ini, seperti ribuan lainnya, tidak hanya kehilangan rumah, tetapi juga pendapatan mereka,” kata dia. FH memperkirakan setidaknya 6,8 juta orang saat ini membutuhkan bantuan makanan, tempat tinggal dan barang rumah tangga. Sedangkan distribusi makanan oleh lembaga PBB menghadapi keterbatasan.
Dalam kunjungan itu, Howard menemukan bahwa banyak pengungsi tidak bersedia namanya didaftarakan, karena ketakutan. "Orang-orang takut adanya pembalasan pada mereka atau anggota keluarga mereka di Suriah jika nama mereka dicatat," katanya.
"Mereka tidak tahu siapa orang yang bisa dipercaya,” kata Howard. Oleh karena itu, organisasi lokal bisa melakukan dengan caranya sendiri untuk mengatasi masalah kesenjangan distribusi bantuan ini.
LSESD, mitra lokal di sana, merupakan lembaga yang didukung oleh sejumlah lembaga pendidikan, termasuk Arab Baptist Theological Seminary, Beirut Baptist School, Dar Al Manhal Hayat Publishing House, Pusat untuk SKILD (Center for Smart Kids with Individual Learning Differences). (christianpost.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...