Forum Gereja Amerika Bahas Sejarah Perdamaian dan Keadilan
RICHMOND, SATUHARAPAN.COM – Forum Presiden di Seminari Teologi Bethany Tahun 2015 fokus melakukan analisis sejarah Perdamaian dan Keadilan. Forum yang berteman Ziarah Perdamaian dan Keadilan: Menolak Kekejaman, Menciptakan Komunitas, Menemukan Kembali Tuhan ini diselenggarakan pada 29 dan 31 Oktober 2015 di Richmond, Amerika Serikat meminta partisipasi dari internasional, termasuk beberapa anggota Komite Sentral Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC).
Dalam forum dua hari ini, sejarah perdamaian dan keadilan akan dianalisis dengan konsep teologis dan apa artinya untuk gereja-gereja. Presentasi dan penafsiran Alkitab akan dibuat pada isu-isu penting saat ini untuk membawa damai Kristen.
Presiden Gereja Kristus Amerika Serikat, Sharon E. Watkins Berkhotbah pada ibadah pembukaan forum tersebut. Dia berbagi bagaimana Pengakuan iman dalam Yesus Kristus memungkinkan mereka untuk mempertahankan kesatuan meskipun ada perbedaan berdasarkan kristus."
"Pengakuan iman didalam Yesus Kristus memungkinkan mereka untuk mempertahankan kesatuan di meja Kristus meskipun perbedaan,"kata Watkins beberapa waktu lalu.
Pembicaraan pada acara tersebut juga menekankan pentingnya "Perdamaian Keadilan" bagi orang Kristen dan gereja-gereja.
Pdt Dr Fernando Enns, seorang Teolog Jerman yang juga anggota Komite Sentral Dewan Gereja Dunia mempresentasikan sejarah "Perdamaian dan Keadilan" dan proses menjadi pertimbangan Dewan Gereja Dunia.
Dewan Gereja Dunia telah mengadopsi sebuah pernyataan pada "Jalan Perdamaian dan Keadilan" pada Sidang Raya ke-10 Dewan Gereja Dunia yang diselenggarakan di Busan, Republik Korea pada tahun 2013.
"Perdamaian dan Keadilan adalah model baru melakukan teologi dan pekerjaan oikumenis," katanya.
Enns sangat terlibat di Dewan Gereja Dunia "Dekade Mengatasi Kekerasan" dan merupakan pendukung terkemuka dari "Perdamaian dan Keadilan" di kalangan ekumenis.
Dia mengutip dokumen Dewan Gereja Dunia: "perdamaian dan keadilan adalah pola hidup yang mencerminkan partisipasi manusia dalam kasih Allah bagi dunia".
Seorang rekan senior di Brookings Institution, Ferris mempresentasikan analisis dari krisis pengungsi di dunia. Dia mengulas yang belum pernah terjadi sebelumnya pad pengungsi dan orang terlantar di seluruh dunia, dan tempat-tempat di mana gerakan populasi yang terjadi.
"Krisis Suriah telah menjadi titik fokus dan indikator kedalaman kepedulian dan putus asa dari populasi pengungsi," kata Ferris. (bob/oikumene.org)
Editor : Bayu Probo
Kemendikdasmen Gelar Belajar Darurat untuk Korban Erupsi Lew...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) merespons damp...