Frater di Filipina Tidak Setuju Cara Duterte Perangi Narkoba
MANILA, SATUHARAPAN.COM – Luciano Feloni, frater dari paroki “Our Lady of Lourdes” di Caloocan City, Manila, Filipina mengatakan dia berbeda pendapat dengan cara yang digunakan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte dalam memerangi peredaran narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) di negara tersebut.
Seperti yang dia kemukakan di Catholic Herald, hari Kamis (8/9), Feloni mengatakan umat Katolik mengecam cara pembunuhan yang dilakukan pemerintah Filipina, namun umat Katolik mendukung komitmen Duterte dalam melawan peredaran narkotika dan obat-obatan terlarang. “Kami sepakat pembunuhan bukan solusi untuk masalah narkoba,” kata Feloni.
“Sekarang kami bertanya-tanya apa yang bisa gereja lakukan dalam mengatasi masalah tersebut,” kata dia.
Paroki tersebut, kata dia, telah melakukan upaya nyata yakni dengan bekerja sama dengan pejabat pemerintah daerah dan polisi untuk mendapatkan bantuan untuk pengguna yang bersedia menyerahkan diri.
“Saat ini kami rutin menyelenggarakan misa pemakaman pecandu narkoba yang meninggal dunia,” kata Feloni.
Selain itu, kata dia, saat ini parokinya dan pemerintah daerah bekerja sama mendampingi dan mengajak pecandu narkoba menjalani rehabilitasi dan detoksifikasi.
“Tidak ada program nyata yang ditawarkan oleh pemerintah karena setelah seorang pemakai narkoba meninggal dunia, diasumsikan peredaran narkoba terhenti,” kata dia.
Feloni menyesalkan Pemerintah Filipina hanya berpikir menghentikan peredaran narkoba dengan menghadirkan rasa takut. “Pemerintah (Filipina) harus menawarkan sesuatu karena pemakai narkoba tidak bisa benar-benar berubah,” kata dia.
Feloni mengatakan pihaknya saat ini memprioritaskan penyembuhan bagi pemakai atau pecandu narkoba, daripada seorang pecandu tersebut ditembak mati oleh kebijakan pemerintah.
Duterte mengajak semua warga Filipina terlibat bersama pemerintah memberantas kejahatan yang tengah marak.
Seperti yang dia kemukakan di abc.net.au, hari Sabtu (4/6), setelah memastikan diri menjabat presiden, Duterte berjanji akan memberi penghargaan dan hadiah uang kepada rakyat Filipina yang sukses membunuh penjahat, termasuk pengedar narkoba.
Awalnya dia mengatakan militer dan polisi akan dikerahkan untuk memberantas kejahatan, selanjutnya Duterte mengajak masyarakat terlibat secara langsung.
Feloni menceritakan sejak Duterte menerapkan kebijakan tersebut setiap pekan terdapat tiga hingga lima orang dari parokinya yang meninggal dunia.
“Gereja di Filipina saat ini merasa yakin 100 persen mendukung kebijakan presiden dalam memerangi narkoba, karena obat-obatan menghancurkan negara. Saya berasal dari Amerika Latin dan saya tahu narkoba menghancurkan orang-orang yang ada di satu komunitas tertentu. Tetapi pada saat yang sama, kami menentang pembunuhan,” kata dia.
Philipine National Police (PNP) atau Kepolisian Nasional Filipina pada Minggu (4/9) mengumumkan lebih dari 1.000 pengguna narkoba dan pengedar meninggal dunia dalam serangkaian operasi yang dilakukan sejak Duterte menjabat sebagai kepala negara.
Pejabat dari Kepolisian Manila, Inspektur Joel Napoleon Coronel mengatakan banyak pembunuhan adalah hasil ketegangan internal dalam geng narkoba.
“Hampir semua pecandu narkoba di negara ini dari setiap transaksi mendapatkan bagian secara gratis, tapi pada saat yang sama menjual kepada orang lain untuk mendapatkan penghasilan,” kata Coronel.
Feloni mengkhawatirkan pembunuhan terhadap pecandu dan pengedar narkoba berdampak kepada masyarakat Filipina secara menyeluruh.
Feloni mengatakan jika pemerintah hendak mengendalikan bisnis narkoba, maka pemerintah Filipina harus memikirkan kesejahteraan kepada istri dan anak-anak pengedar narkoba.
“Saya khawatir banyak orang Filipina yang menyalahgunakan ide dan gagasan presiden. Menurut saya sekarang masih banyak masyarakat yang salah memperkirakan, karena menganggap pecandu atau pemakai narkoba sama berbahayanya dengan pengedar,” kata Feloni.
Feloni mengharapkan masyarakat Filipina jangan salah sangka dengan menyamakan pecandu atau pemakai narkoba sama seperti kelompok ekstremis Islamic State Iraq and Syria (ISIS).
“Dengan kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini, saya khawatir Filipina menjadi negara yang ganas, dan gereja harus berbuat sesuatu,” kata frater yang hampir 22 tahun bekerja di Filipina tersebut. (catholicherald.co.uk)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...