Freeport akan PHK 650 Karyawan
EL ABRA, JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Freeport-McMoran Inc, perusahaan pertambangan yang berkantor pusat di New York mengumumkan akan memberhentikan 650 karyawan di tambang tembaga mereka di El Abra di Cile. Reuters melaporkan sebagaimana dikutip oleh bidnessetc.com, Freeport juga akan menunda beberapa operasinya sampai pertengahan September.
Perusahaan tambang itu berencana memangkas tingkat produksi sampai setengah dan menunda sejumlah operasi, dengan pengecualian operasi pabrik ekstraksi pelarut dan operasi electro-winning.
Serikat pekerja Cile sedang mempertimbangkan mengambil tindakan keras menolak PHK tersebut.
Freeport memiliki 51 persen saham di tambang Cile. Perusahaan ini berencana untuk memangkas produksinya, karena pasar komoditas menghadapi gejolak. Krisis ekonomi global, permintaan Tiongkok yang melambat dan krisis utang Asia telah menekan pasar komoditas. Selama tahun lalu, harga tembaga turun 25,8% di London Metal Exchange menjadi $ 5.120 per metrik ton (MT).
Salah satu alasan mengapa Freeport menghentikan operasinya adalah untuk mempertahankan hidup cadangan bijih tembaga Sulfolix nya. Hal ini dilakukan karena ketika pasar komoditi bangkit kembali di masa depan, mereka akan memiliki tembaga yang cukup untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi.
Freeport bertujuan untuk mengurangi biaya, karena disadari semakin sulit untuk mencatat hasil pendapatan positif. Dibandingkan dengan keuntungan pada kuartal pertama sebesar $ 482 juta, perusahaan ini justru membukukan kerugian sebesar $ 1,9 miliar pada kuartal kedua. Kerugian itu karena adanya penyusutan aset sebesar $ 2,7 miliar selama periode tiga bulan.
Jika situasi pasar komoditas ini terus berlanjut melemah, kemungkinan Freeport untuk memberhentikan lebih banyak karyawan sangat terbuka. Demikian juga penangguhan operasi.
Produksi di Indonesia Menurun
Sementara itu dari Indonesia dilaporkan unit usaha Freeport di Papua juga mencatat penurunan produksi. Menurut pengurus serikat pekerja Freeport, adanya aturan baru tentang tata cara pembayaran kepada pembeli dan tidak beroperasinya smelter di dalam negeri, menjadi faktor turunnya produksi.
Freeport Indonesia biasanya memproduksi sekitar 220.000 ton bijih tembaga per hari. Setiap bulan dalam kondisi normal, perusahaan ini melakukan pengapakan 4-6 kali dalam sebulan. Tetapi untuk bulan Agustus ini saja, Freeport hanya melakukan dua kali pengapalan konsentrat tembaga. Melambatnya produksi dan pengapalan sudah terjadi sejak 25 Juli lalu.
Sekitar sepertiga dari konsetrat itu, kata Virgo Solossa, pengurus serikat pekerja Freeport kepada Reuters, biasanya dikirim ke smelter di Gresik. Hanya saja, smelter ini telah ditutup karena masalah teknis sejak 19 Juni.
Virgo Solossa yang memberi penjelasan hari ini, Jumat (4/9), tidak mengetahui dengan jelas apakah produksi di Grasberg, Papua itu, berjalan pada kapasitas penuh. Namun, kata Solossa, perusahaan itu telah mengirim surat kepada karyawan pada 20 Agustus yang isinya meminta efisiensi yang lebih besar dan menekankan perlunya menghemat biaya.
Sementara itu, menurut Reuters, Freeport Indonesia mengatakan dalam sebuah email, bahwa pengapalan konsetrat berjalan normal setelah pemerintah memperbaharui izin ekspor mereka pada 29 Juli. Namun juru bicara Freeport Indonesia, Riza Pratama, tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang ekspor atau produksi.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...