From Hero to Zero
Jangan sampai label hero yang tersemat membuat seseorang justru gila hormat dan minta dilayani.
SATUHARAPAN.COM – Anda tidak salah baca. From hero to zero, memang demikian judulnya. Anda bingung? Biasanya statement yang sering kita dengar adalah from zero to hero. Sebuah perumpamaan proses seseorang dari bukan siapa-siapa menjadi figur yang berhasil. Namun kali ini, mari kita belajar hal yang sebaliknya, from hero to zero.
Konteks tulisan ini adalah sikap kerendahan hati. Terutama figur pemimpin besar yang mau melepas kehormatannya untuk menjadi orang biasa saja, bahkan orang yang mau menjadi pelayan bagi semua.
Seorang pemimpin identik dengan orang yang mumpuni, berkharisma, memiliki banyak pendukung, kaya pengalaman hidup bahkan pula kaya materi. Pemimpin dianggap sebagai hero, Sang Pahlawan, yang akan menentukan nasib orang banyak, juga berkorban macam-macam demi kepentingan umum. Bahkan dalam kisah-kisah fiksi, hero seperti Superman dan Spiderman selalu diandalkan dalam berbagai situasi. Kalau dalam tataran konkret, hari ini Indonesia punya Presiden Joko Widodo yang dianggap sebagai superhero. Lain lagi superhero agama, ada contoh Yesus Kristus dalam ajaran Kristen dan Sri Krishna – jelmaan Dewa Wisnu dalam ajaran Hindu.
From hero to zero, dari jajaran nama-nama superhero tersebut, terdapat satu lagi garis kesamaan, yakni sikap rendah hati. Superman nyatanya hanyalah seorang karyawan kantor biasa bernama Clark Kent, dan Spiderman hanyalah fotografer amatir kikuk bernama Peter Parker. Presiden Joko Widodo? Beliau tukang kayu saja. Demikian pula Yesus, Sang Tukang Kayu, dan Sri Krishna, Sang Penggembala Sapi.
Menjadi hero memang keren, hebat, dan seharusnya semua orang dapat menjadi pahlawan. Namun, menjadi hero yang sebenarnya adalah ketika kita tidak menganggap status hero sebagai sebuah prestige yang diagung-agungkan. Jangan sampai label hero yang tersemat membuat seseorang justru gila hormat dan minta dilayani. Hero bukan seperti itu. Hero sejati justru tampak dari sikap seseorang yang ramah kepada semua orang, sikap adil, sikap mengayomi, mau mendengarkan dan lebih-lebih mau melayani orang-orang yang menempatkan ia sebagai hero.
From zero to hero penting dikejar agar hidup kita lebih sukses. Tetapi di saat yang sama, from hero to zero perlu diterapkan agar hidup kita lebih bijaksana.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
OpenAI Luncurkan Model Terbaru o3
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM- Dalam rangkaian pengumuman 12 hari OpenAI, perusahaan teknologi kecerdasan...