Frustrasi Menghantui Penyelesaian Israel-Palestina
SATUHARAPAN.COM – Kondisi di Jalur Gaza, Palestina sudah sampai titik yang mengerikan dan membutuhkan segera tindakan untuk menghentikan dan dengan kesediaan tanpa syarat. Jika tidak, maka tragedi kemanusiaan akan semakin parah.
Sejak serangan roket militan Hamas yang dibalas dengan serangan udara oleh militer Israel pada 8 Juli, korban meninggal telah mencapai angka yang memilukan. Dalam tiga pekan pertempuran di Gaza korban meninggal mencapai lebih dari 1.700, di mana 80 persen adalah warga sipil, dan 400 anak-anak, serta ribuan korban luka.
Kekuatan yang tidak seimbang terlihat dari jumlah korban pada kedua pihak, di mana di pihak Israel 66 orang meninggal, dengan 64 orang adalah anggota pasukan militer.
Namun demikian, kerusakan dan penderitaan yang timbul akan berkepanjangan dihadapi oleh penduduk Gaza. Lumpuhnya pembangkit listrik oleh serangan Israel telah melemahkan pelayanan medis yang sangat dibutuhkan, bahkan juga Gaza mengalami kekurangan air.
Peristiwa yang membangkitkan kemarahan internasional adalah banyaknya korban di kalangan warga sipil, termasuk serangan di tempat-tempat yang semestinya zona yang tak tersentuh. Sekolah dan fasilitas yang dikelola oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) juga tidak luput menjadi sasaran, bahkan sampai tiga kali oleh serangan Israel. Gaza akan mnakin menderita dalam tahun-tahun ke depan.
Mengabaikan Warga Sipil
Israel berdalih melancarkan serangan udara dan kemudian serangan darat untuk mengejar para pelaku penculikan dan pembunuhan tiga remaja Israel. Sedangkan militant Hamas menyerang Israel dengan roket dengan alasan membalas penculikan dan pembunuhan remaja Palestina di Yerusalem Timur. Yang kemudian direspons Israel dengan serangan darat untuk menghancurkan fasilitas peluncuran roket dan terowongan-terowongan yang digunakan untuk aksi bersenjata oleh Hamas.
Masalah ini telah menunjukkan bahwa kedua pihak mengabaikan keselamatan warga sipil. Israel dinilai menyerang secara membabi buta dan membiarkan warga sipil jadi korban. Selebaran peringatan untuk mengungsi dinilai tidak bisa dijadikan alasan untuk menempatkan warga sipil dalam bahaya yang serius.
Di sisi lain, sebagaimana Israel menuding, Hamas menempatkan warga sipil sebagai perisai hidup dengan meluncurkan roket dari kawasan warga sipil. Badan bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) bahkan dalam laporannya menyebutkan ditemukannya roket di sekolah yang dikelola PBB. Hal ini menandai bahwa Hamas pun bertindak membahayakan warga sipil.
Kenyataan ini yang membuat badan hak asasi manusia PBB (OHCHR) dalam pernyataannya menyebutkan bahwa baik Israel dan Palestina diduga melakukan pelanggaran hak asasi manusia, dan menuntut penyelidikan internasional yang menyeluruh dan cepat.
Putus Asa
Banyak pihak menyebutkan bahwa isolasi berkepanjangan, selama sembilan tahun, yang dilakukan Israel atas jalur Gaza merupakan alasan mereka melakukan aksi dengan senjata. Tuntutan Hamas untuk memulai perundingan yang membuat gencatan senjata sulit dicapai juga karena tuntutan tanpa syarat dibukanya blokade itu. Ini situasi yang bisa dipahami, bahkan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, menyebutkan situasi yang putus asa di Gaza akibat isolasi itu.
Namun tampaknya pihak Israel sendiri dalam situasi yang mirip, karena ancaman terus-menerus serangan roket dari Hamas. Namun situasi ini juga dipicu oleh tindakan Israel yang terus membangun pemukiman dengan menggusur warga Palestina.
Frustrasi pada kedua pihak telah menunjukkan keduanya terjebak pada tindakan kekerasan yang menimbulkan permusuhan dan kebencian yang meluas dan mendalam. Hal ini justru dikhawatirkan akan mempersulit upaya menyelesaikan masalah yang begitu lama di kawasan itu.
Sikap Internasional
Masalah yang mendasar bahwa situasi yang begitu mengerikan dengan tidak bisa dihentikan oleh kecaman dunia internasional yang begitu keras. Sebab, terlalu banyak kepentingan di luar Israel dan Palestina, serta lemahnya Dewan Kemanan PBB untuk mengambil tindakan karena kepentingan tersebut.
Namun demikian, apakah situasi di Palestina berada pada jalan buntu ? Mungkin jawabannya ya, jika yang dituju adalah perdamaian dan ditempuh dengan jalan senjata dan pertempuran. Tujuan apa yang ingin dicapai haruslah merupakan kepentingan yang sesungguhnya bagi Palestina, termasuk faksi di dalamnya, dan Israel sendiri. Dan hal itu hanya bisa ditempuh dengan jalan damai, apapun bentuknya.
Tanpa itu, konflik Israel – Palestina akan menjadi semakin parah dengan luka yang makin sulit disembuhkan. Konflik ini hanya akan menjadi pembicaraan diplomat tingkat tinggi dan media massa terus mencatat tragedi dan menghitung nyawa manusia yang dikorbankan, serta generasi ini dikecam karena membiarkan penderitaan pada bangsa Palestina. Dan dunia hanya berharap bahwa perundingan akan segera dilakukan dengan kesepakatan untuk menempuh jalan damai.
Presiden Prabowo dan PM Modi Bahas Kerja Sama Kesehatan hing...
RIO DE JANEIRO, SATUHARAPAN.COM-Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengadakan pertemuan ...