FUKRI: Persatuan Gereja untuk Perbaikan Bangsa Menuju Keadilan dan Kesejahteraan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - “Gereja berkomitmen untuk bersatu dan melakukan sesuatu bagi bangsa ini,” tutur Yerry Tawalujan ketika menjelaskan ikrar Forum Umat Kristen di Indonesia (FUKRI) yang dibacakan dalam acara Celebrity of Unity (COU) 2013 Sabtu lalu (18/05) di Gelora Bung Karno (GBK).
Di Indonesia saat ini gereja dari berbagai denominasi juga sudah melakukan pelayanan pada masyarakat melalui pendidikan dan sosial. “Akan tetapi kesemuanya itu dilakukan sendiri-sendiri,” tambah Yerri yang juga menjadi Ketua Pelaksana COU 2013 itu.
Baginya, menuju kesatuan adalah proses yang panjang dan gereja akan terus mengupayakan hal itu. Akan tetapi cita-cita itu tidak berhenti pada kesatuan, mimpi besar itu akan berlanjut untuk memberikan dampak positif yang dapat diberikan gereja bagi masyarakat.
Bila pelayanan-pelayanan yang itu dilakukan oleh gereja dalam kesatuan, harapannya pelayanan itu lebih menjangkau masyarakat. “Seluruh masyarakat di sekeliling gereja akan merasakan kehadiran gereja,” tandas Yerry.
Sekretaris Umum PGI, Gomar Gultom, yang juga hadir dalam kesempatan yang sama juga memaparkan landasan persatuan FUKRI, yaitu Ecumenical, Pentacostal, dan Evangelical. Dia mengakatakan bahwa gereja di Indonesia perlu bersatu agar ramah untuk didiami, itulah Ecumenical.
Selain itu gereja itu juga Pentacostal karena hanya Roh Kudus yang menghidupkan gereja. Terakhir adalah Evangelical karena tanpa missi gereja mati. Landasan ini di utarakan Gomar dalam seminar COU 2013 di Grand Ballroom Mall Mega Kemayoran (MGK). Jumat lalu (17/05).
Bonum Commune
FUKRI yang lahir sejak Oktober 2011 di Manado menjadi wujud nyata kesatuan gereja di Indonesia. Sebagai forum, FUKRI gerak langkanya lebih menekankan pada fungsi daripada hirarki organisasi.
Gomar bersama dengan Sekretaris Eksekutif KWI, YR Edy Purwanto memberikan penjelasan fungsi forum ini sebagai wadah para pemimpin gereja aras nasional untuk duduk bersama guna membahas apa sumbangsih gereja bagi bangsa Indonesia yang bergumul dengan keadilan dan kesejahteraan.
Sumbangsih untuk menciptakan bonum commune atau keadilan dan kesejahteraan bangsa merupakan refleksi Soegijapranata yang menjadi dasar Sikap Pemimpin Kristiani Indonesia aras nasional di KWI dalam tajuk “Satu Tahun Menjelang Pemilu”.
“Jangan biarkan orang lain mengambil keputusan mengenai nasibmu, tanpa kamu sendiri terlibat di dalamnya,” demikian kutipan refleksi Soegijapranata yang juga menjadi pahlawan nasional Indonesia.
Para pemimpin gereja aras nasional sekaligus deklarator FUKRI yang bertemu untuk berdialog antra lain KWI, PGI, PGLII, PGPI, Bala Keselamatan, dan Gereja Orthodoks. Oleh karena itu FUKRI bukan mencari posisi tetapi lebih mengarah pada fungsi agar bagaimana gereja mampu memberi sumbangsih bagi bangsa khususnya menciptakan keadilan dan kesejahteraan.
Agenda FUKRI
Agenda FUKRI antara lain adalah melakukan pencarahan politik kepada umat Nasrani di Indonesia. Caranya dengan menerbitkan modul pendidikan politik. Modul ini sebagai sarana edukasi pentingnya keterlibatan orang Nasrani dalam dunia sosial dan politik. Sekretaris Komisi Kerasulan Awam, Suprapto menambahkan bahwa keterlibatan ini merupakan panggilan bagi umat sekaligus perwujudan iman.
Selain itu masih ada agenda lain berupa optimalisasi perolehan jabatan politik publik pada momen pemilu 2014 mendatang. FUKRI akan mengajak dialog dengan caleg Nasrani untuk melakukan konsolidasi komitmen. “Bukan untuk mengharap mendapatkan timbal balik materi karena sudah melakukan konsolidasi, tetapi berharap agar para potisi itu memiliki moral dan integritas Kristiani,” ujar Suprapto lagi.
Yerri juga memberikan paparan bahwa pokja penyadaran politik FUKRI akan turun ke profinsi dan daerah untuk melakukan pelatihan mengenai bagaimana menjadi pemilih yang baik (good voters). Tujuannya agar tiap sinode dari gereja di Indonesia memiliki trainer yang dapat melakukan penyadaran kepada warga gereja masing-masing.
Sebagai penutup agenda ini Jierry Sumampouw selaku Sekretaris Eksekutif PGI Bidang Diakonia mengatakan bahwa apa yang dilakukan FUKRI ada dalam kerangka untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia. Bukan sektarian atau hanya terbatas keadilan dan kesejahteraan orang Kristen saja.
Agenda ini mendapat tanggapan dari seorang pendeta utusan Gereja Sangie Talaud, Stevin yang mengatakan bahwa politisi Kristen perlu didampingi FUKRI. Usulan lain juga menyerukan perlunya institusi penylenggara pendidikan theologi membuka jurusan yang terkait dengan jurnalistik, politik, hukum, dan kewirausahaan. FUKRI mendapat masukan agar melakukan pengutusan kepada para politisi Kristen agar mereka lebih merasa bertanggung jawab menjadi garam dan terang dunia melalui politik.
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...