G20: Makanan yang Dibuang Masalah Global Besar
ROMA, SATUHARAPAN.COM - Diperkirakan 1,3 miliar ton makanan atau sekitar 30 persen produksi global, hilang atau dibuang setiap tahun, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) tahun lalu.
“Makanan yang terbuang oleh konsumen merupakan masalah ekonomi yang sangat besar, dan negara-negara harus memastikan kelebihan makanan diberikan kepada yang lapar, bukannya dibuang,” kata komunike para menteri pertanian dari Group 20 (Kelompok 20 Ekonomi Utama), Jumat (8/5).
Pertemuan di Istanbul, Turki itu, telah difokuskan pada masalah-masalah ketahanan pangan dan gizi, termasuk dampak perubahan iklim. Pengurangan jumlah makanan yang dibuang dapat meningkatkan ketahanan pangan, menurut para menteri dalam komunike akhir mereka.
"Kami mengamati dengan keprihatinan besar atas hilang dan dibuangnya makanan dalam jumlah signifikan, dan dampak-dampak negatifnya untuk ketahanan pangan, nutrisi, penggunaan sumber daya alam dan lingkungan," kata para menteri pertanian.
"Kami menyoroti hal ini sebagai masalah global, dengan signifikansi besar dalam hal ekonomi, lingkungan hidup, dan masyarakat."
Direktur Jenderal FAO José Graziano da Silva, menyambut komitmen para menteri pertanian G20 untuk memenuhi kebutuhan keamanan pangan dan gizi global dengan membangun sistem pangan yang menggunakan sumber daya alam secara lebih efisien, yang ekonomis, dan sosial yang lebih inklusif.
"FAO siap untuk bekerja dengan mitra kami untuk membangun platform ini. Saya yakin itu akan memberikan kontribusi nyata untuk meningkatkan berkelanjutan ketahanan pangan dan gizi," kata dia..
Da Silva menambahkan, di negara-negara berkembang, makanan hilang karena penyimpanan atau transportasi yang buruk, sementara makanan dibuang begitu saja di negara-negara kaya.
"Di negara-negara maju, isunya ada dalam pengurangan porsi, memastikan orang-orang memahami secara tepat ketika makanan tidak lagi baik untuk dikonsumsi manusia," kata Menteri Pertanian AS Tom Vilsack, dalam wawancara dengan Reuters sebelum pertemuan.
"Saya kira ada kecenderungan untuk membuang makanan lebih cepat daripada seharusnya."
“Makanan, adalah komponen tunggal terbesar dari sampah padat di tempat-tempat pembuangan sampah di AS, dan merupakan penghasil gas metana yang besar,“ kata Vilsack.
Di Amerika Serikat, metana merupakan gas rumah kaca terbesar kedua, yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
Untuk mengatasi masalah terbuangnya makanan, negara-negara perlu lebih baik memperkirakan jumlah makanan yang mereka buang, dan dampak ekonomi hilangnya makanan, menurut menteri-menteri G20. (voaindonesia.com/newfoodmagazine.co)
Editor : Sotyati
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...