Gagal Reformasi Pemerintah, Rakyat Irak Kembali Protes
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM-Ribuan orang berunjuk rasa memblokir jalan-jalan dan gedung-gedung publik di Irak selatan, hari Minggu (22/12), ketika batas waktu untuk memilih perdana menteri baru telah berakhir.
Demonstrasi anti-pemerintah telah mengguncang Baghdad dan Irak selatan yang mayoritas berpenduduk Syiah, sejak 1 Oktober. Demonstran menyerukan perombakan total rezim yang mereka anggap korup dan tidak efisien. "Revolusi berlanjut!" Teriak seorang demonstran di sebuah perkemahan protes di Diwaniyah tengah, dikutip AFP.
Para pengunjuk rasa memblokir gedung-gedung publik satu per satu di kota Irak selatan, dan memasang spanduk bertuliskan "Negara sedang dalam pembangunan, mohon maaf atas gangguan ini."
Sabtu malam, pengunjuk rasa di Diwaniyah dan Basra, kota selatan lainnya, menyatakan "pemogokan umum." Hari Minggu menandai tenggat waktu terbaru, sudah dua kali didorong oleh Presiden Barham Saleh, bagi parlemen untuk memilih perdana menteri baru untuk menggantikan Adel Abdel Mahdi, yang mengajukan pengunduran diri pemerintahannya bulan lalu.
Para pejabat mengatakan negara tetangganya, Iran yang memainkan kunci dalam politik Irak, ingin menempatkan Qusay al-Suhail, yang menjabat sebagai menteri pendidikan di pemerintahan Abdel Mahdi, sebagai perdana menteri.
Tetapi para pengunjuk rasa dengan tegas menolak pencalonannya, bersama dengan siapa pun dari lembaga politik yang lebih luas yang telah ada sejak diktator Saddam Hussein digulingkan pada tahun 2003.
Gerakan protes telah kehilangan momentum dalam beberapa pekan terakhir karena telah dilanda intimidasi, termasuk pembunuhan yang dilakukan oleh milisi, menurut PBB. Sekitar 460 orang telah terbunuh sejak protes dimulai hampir tiga bulan lalu, dan sekitar 25.000 lainnya terluka.
Namun demikian derakan itu tampaknya mendapatkan kembali kepercayaan pada hari Minggu. Puluhan pemrotes memblokir jalan yang menghubungkan kota-kota selatan ke Baghdad dengan ban yang terbakar, kata seorang koresponden AFP.
Di Karbala dan Najaf, dua kota suci Syiah, yang protes adalah para siswa yang menutup sekolah dan mengumpulkan ribuan pelajar dan mahasiswa. Di Nasiriyah, pengunjuk rasa memblokir jembatan dan beberapa jalan, dan semua bangunan publik tetap ditutup.
Para pengunjuk rasa menuntut pengunduran diri Barham Saleh dan ketua parlemen, Mohammed al-Halbussi. Mereka menuduh keduanya menunda-nunda perombakan pemerintahan.
Editor : Sabar Subekti
Lebanon Usir Pulang 70 Perwira dan Tentara ke Suriah
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Lebanon mengusir sekitar 70 perwira dan tentara Suriah pada hari Sabtu (27/1...