Galeri Seni Sangkring Gelar Yogya Annual Art #3
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Melanjutkan project tahun-tahun sebelumnya galeri seni Sangkring menggelar Yogya Annual Art (YAA) #3. Jika pada edisi pertama tahun 2016 diawali dengan "Niat", pada penyelenggaran tahun kedua mengangkat tema "Bergerak" yang dipilih sebagai langkah dari sebuah progres. Pada penyelenggaraan mengangkat tema "Positioning".
Dalam penyelenggaraan YAA #3 seluruh area Sangkring digunakan sebagai ruang pamer mulai dari Lorong Sangkring, Sangkring art space, Sangkring art project, Bale Banjar Sangkring, outdoor area, serta dinding Sangkring.
Jika pada tahun lalu Bale Banjar Sangkring (BBS) digunakan untuk pameran Perupa Muda, tahun ini BBS diperuntukkan bagi pameran seni rupa dua matra (gambar/drawing dan lukisan). Dinding khusus pada BBS yang berada tepat di depan pintu utama diperuntukkan bagi dua karya lukisan I Nyoman Gunarsa. Penghormatan tersebut sekaligus menandai pemberian YAA #3 award kepada mendiang Nyoman Gunarsa yang dianggap memiliki peran penting dalam memberikan contoh bagaimana pentingnya positioning yang tepat dan strategis melalui karya-karyanya.
Nyoman Gunarsa menjadi pelukis yang tidak pernah melewatkan berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Ia melahirkan gaya yang mampu menjadi penanda perkembangan seni rupa modern Bali dan Indonesia. Nyoman Gunarsa secara total menawarkan keterampilan teknik melukis ekspresif dekoratif dalam lukisan-lukisannya dengan tema-tema yang tetap, yakni kebudayaan Bali.
Kemampuan dan kekuatan mengolah garis yang memberikan karaktek khas sebuah karya menjadi salah satu positioning Nyoman Gunarsa selain eksplorasi pada kebudayaan Bali. Tidak salah bila ia sering berkata, “Garis saya adalah nyanyian, warna saya adalah tarian.”
Selain dua lukisan penari Bali karya Nyoman Gunarsa turut dipamerkan pula karya dua matra dari tiga puluh empat seniman-perupa. Eksplorasi pada teknik dan eksekusi medium menjadi penanda yang memperkaya karya-karya yang dipamerkan selain tentunya eksperimen pada pewarnaan.
A.T. Sitompul dalam karya berjudul "Dinamika" dengan teknik carved pada kanvas memberikan kontur berupa ukiran pada lukisannya. Memanfaatkan akrilik dengan pewarnaan yang cerah dan warna-warni di beberapa bagian carwing pada karya "Dinamika" semakin dinamis saat seluruh latar mengambil warna putih.
Lukisan potret banyak disajikan semisal karya Suharmanto berjudul "Mencari Ruang", "Depresi Mimpi Tingkat Tinggi" karya Sigit Raharjo, "Smiling General" karya Iwan Srihartoko, ataupun "Melting" karya Choerodin Roadyn. Menarik ketika Roadyn membuat detail potret di bagian wajah Salvador Dali pada karyanya dari lingkaran-lingkaran warna-warni.
Karya lukisan-drawing Robi Fathoni berjudul "Long Journey" dan "Embun" karya I Wayan Novianto dengan goresan garis-garis yang detail cukup memprovokasi mata pengunjung untuk lebih mendekat mencermati detail apa yang ditawarkan kedua seniman.
Penggunaan medium yang agak berbeda dilakukan oleh Maslihar dalam karyanya berjudul "Selamat Pagi Dunia". Jika pada beberapa karya terdahulunya Maslihar memanfaatkan permainan warna pada outline untuk memunculkan kesan tiga dimensi lukisannya, pada karya "Selamat Pagi Dunia" menggunakan medium spons yang dijahit dengan benang sehingga karya lukisannya benar-benar timbul. Sementara I Wayan Arnata dalam karya "Kebelet" memberikan detail kontur lukisannya dengan benang beraneka warna serta akrilik di atas kanvas.
Pameran Yogya Annual Art #3 "Positioning" di Bale Banjar Sangkring, Kampung Nitiprayan, Ngestiharjo-Bantul yang dibuka pada Minggu (6/5) malam akan berlangsung hingga 31 Mei 2018.
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...