Gangguan Kesehatan Mental Meningkat Selama Pandemi COVID-19
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Pandemi COVID-19 selama lebih dari dua tahun berdampak pada masyarakat, dan sebagian orang mengalami masalah gangguan mental neurologis, dan juga penggunaan zat.
Direktur Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan drg. Vensya Sitohang, mengatakan, ''Kondisi pandemi (COVID-19) memperparah dan semakin mempengaruhi kesehatan jiwa.''
Angka prevalensinya meningkat satu sampai dua kali lipat dibandingkan kondisi sebelum pandemi COVID-19. Kelompok yang terpapar dengan gangguan jiwa pun berbeda-beda, katanya pada konferensi pers di Bali, hari Jumat (13/5).
Ancaman Kasus Bunuh Diri
Psikiater Dr. dr. Hervita Diatri, Sp.KJ (K) menjelaskan kelompok orang yang terpapar gangguan jiwa itu berbeda-beda dan memiliki penatalaksanaan yang berbeda pula. Kelompok yang pertama adalah mereka yang sebenarnya normal sebelumnya atau tidak ada masalah kesehatan jiwa, kemudian menjadi memiliki masalah sampai mengalami gangguan jiwa.
Kelompok kedua adalah mereka yang memang sejak awal sudah mengalami masalah kesehatan jiwa, sebagai contoh adalah mereka yang sudah tinggal dengan kekerasan di rumah tangga. Kondisi itu membuat mereka menjadi begitu dekat dengan pelakunya terus-menerus di rumah tangga, sehingga masalah gangguan jiwanya menjadi lebih besar.
Kelompok ketiga adalah mereka yang memang sebelumnya sudah memiliki masalah kesehatan fisik dan mengalami kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan. Sehingga sangat wajar kalau merasa cemas yang kemudian penyakit kankernya tambah berat, hipertensi, jantung, dan sebagainya menjadi lebih berat. Demikian juga teman-teman dengan gangguan jiwa tidak bisa memiliki akses pengobatan.
Kelompok terakhir adalah kelompok yang terutama banyak ditemukan di bulan Juli 2021 waktu gelombang kedua pandemi COVID-19. Ketika masalah oksigen langka, sementara asupan oksigen ke otak itu kurang, bisa saja pada akhirnya menyebabkan gangguan jiwa yang menetap.
''Masalah bunuh diri sebagai contoh, di lima bulan awal pandemi COVID-19 datang, survei mengatakan bahwa satu dari lima orang di Indonesia usia 15 sampai 29 tahun terpikir untuk mengakhiri hidup. Selanjutnya satu tahun pasca pandemi oleh survei yang berbeda didapatkan data dua dari lima orang memikirkan untuk bunuh diri. Dan sekarang di tahun awal 2022 itu sekitar satu dari dua orang yang memikirkan untuk mengakhiri hidup,'' kata dr. Hervita.
Kesehatan Mental Prioritas Global
Sejalan dengan komitmen global untuk mengatasi masalah kesehatan mental, ASEAN plus Three Leader (China, Jepang, dan Korea) mengakui bahwa promosi kesehatan mental diidentifikasi sebagai salah satu prioritas kesehatan di bawah agenda pembangunan kesehatan ASEAN pasca 2015.
''Pandemi juga berdampak pada kesehatan mental dan penting untuk mendapatkan perhatian dari negara-negara di ASEAN, maka dalam rangkaian acara 15th ASEAN Health Ministers Meeting ini menjadi momentum untuk meningkatkan kepedulian masyarakat ASEAN terhadap kesehatan jiwa,'' kata Vensya Sitohang.
Editor : Sabar Subekti
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...