Ganjar Ajak Warga Kendeng Bertemu Investor Semen
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengajak warga Pegunungan Kendeng, Kabupaten Rembang yang menolak pendirian pabrik semen berdialog langsung dengan investor pabrik semen, supaya warga dapat langsung, menyampaikan keluhan dan harapannya. Ganjar juga menyatakan kesiapan untuk menjadi fasilitator jika pertemuan itu berlangsung.
Perwakilan warga Kendeng terdiri dari sembilan Kartini Kendeng dan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) pada hari Selasa (14/6) menemui Gubernur Jawa Tengah di Semarang menyampaikan penolakan atas berdirinya pabrik semen. Warga khawatir pembangunan pabrik semen di daerah mereka akan merusak lingkungan sekitar.
"Kepentingan warga seperti saat ini langsung saja sama (investor) semen ketemu. Anda menanyakan apa biar (investor) semen menjawab. Karena (investor) semen juga komplain sama saya. Kalau ada seminar-seminar kok kami nggak diundang,mbokkami diundang. Tugas saya menjembatani keduanya supaya bisa bertemu. Maka saya tawarkan, ayo ketemu saja," kata Ganjar kepada awak media usai acara audiensi.
Sudah dua tahun warga Kendeng di Desa Tegaldowo dan Timbrangan, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang mendirikan “Tenda Perjuangan” sebagai simbol perlawanan terhadap ekspansi pabrik semen maupun penambangan batu kapur di Pegunungan Kendeng. Selain itu warga juga sudah mengadu ke DPR, berusaha menemui presiden dan upaya banding di pengadilan.
JMPPK melalui rilis yang diterima hari Selasa (14/6) menyatakan bahwa tujuan menemui gubernur adalah menyampaikan keluhan dan supaya pemerintah provinsi mendukung warga Pegunungan Kendeng menolak pendirian pabrik semen demi terjaganya ekosistem dan situs budaya.
"Akan ada pertemuan akademisi dari pihak pabrik semen dan dari pihak masyarakat," kata koordinator JMPPK, Joko Prianto.
Menurut mereka lingkungan Pegunungan Kendeng harus tetap lestari karena di dalamnya terdapat mata air dan sungai bawah tanah sebagai pasokan air bagi kepentingan seluruh makhluk.
"Kalau di Kendeng dan Pati mengatakan, sekarang cari air susah. Lho belum ada pabriknya sudah susah kok. Pabrik kita kasih kewajiban. Buat embung, saluran irigasi, atau mengobservasi daerah yang menjadi sumber air. Kita masukkan dalam perjanjian. Pemerintah akan mengontrol dengan enak. Ini win-win," kata Ganjar. (JM-PPK/Humas Pemprov Jateng)
Risiko 4F dan Gejala Batu Kantung Empedu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif konsultan RSCM dr. Arn...