Gara-gara Rompi Pemberat, Warga Kelahiran Indonesia Didatangi Polisi
AUSTRALIA, SATUHARAPAN.COM – Berhati-hatilah mengenakan pakaian yang bisa dianggap atau dicurigai bisa membahayakan orang lain.
Seorang pria kelahiran Indonesia, Setio Shanahan, yang tinggal di Mount Gambier di negara bagian Australia Selatan, sempat didatangi polisi, yang menindaklanjuti adanya laporan dari publik karena tindakan Setio yang dianggap mencurigakan.
Ternyata dalam usaha mengurangi berat badan, Setio sedang berlatih di sebuah taman Railways Lands pada suatu hari Minggu pagi itu, mengenakan rompi dengan pemberat besi seberat 50 kg, seperti dilaporkan ABC Indonesia pada 25 Juni 2019.
Setelah berbicara dengan Setio, polisi menyimpulkan ia tidaklah berniat berbuat jahat.
Namun, polisi juga mengatakan, publik memiliki hak untuk melaporkan hal-hal yang mereka anggap mencurigakan.
Dalam tanggapannya mengenai kejadian tersebut Setio mengatakan pelajaran yang didapatnya yaitu, “Janganlah menjadi warga kulit berwarna (di Australia) dan gunakan rompi pemberat, itu ketika di dalam gym saja.”
“Jadi polisi mendapat laporan karena adanya seorang warga kulit berwarna yang mengenakan rompi berisi bom ketika menggunakan HP. Pagi yang menarik," kata Shanahan di akun Facebooknya.
Superintendent Phil Hoff dari kepolisian setempat di Mount Gambier mengatakan publik berhak melaporkan “tindakan mencurigkan”, sehingga petugas bisa mengecek untuk memastikan tidak adanya ancaman terorisme.
“Polisi ingin memberi kepastian kepada warga Mount Gambier bahwa mereka tinggal di kota yang sangat aman, namun tidaklah berarti kita terbebas sepenuhnya dari ancaman terorisme,” kata Superintendent Hoff.
“Coba saja perhatian kejadian serangan baru-baru ini di Christchurch (Selandia Baru), yang juga merupakan kawasan yang sangat aman.”
“Warga diminta untuk waspada, namun tidak curiga berlebihan.”
“Kami ingin agar publik waspada dan melaporkan tindakan yang mencurigakan kepada polisi atau nomor telepon laporan darurat.”
Diadopsi dari Indonesia
Setio Shanahan dilahirkan di Indonesia, dan diadopsi oleh sebuah keluarga di Mount Gambier ketika masih anak-anak 36 tahun lalu.
Mount Gambier adalah sebuah kota di dekat perbatasan antara Australia Selatan dan Victoria, berjarak 433 km dari ibu kota Australia Selatan, Adelaide.
Ibu angkatnya, Jan Shanahan, mengatakan alasan adanya laporan ke polisi itu adalah sikap rasis.
“Kalau orangnya bukan warga ‘kulit berwarna’ apakah reaksinya sama? Ini seperti seseorang mengatakan ‘saya tidak rasis tapi...’,” tulis Jan di Facebook.
Setio akan ke Indonesia dalam waktu dekat, guna bertemu dengan keluarga kandungnya untuk pertama kali sejak ia diadopsi, setelah ia berhasil melacak siapa ayah kandungnya.
Apa yang dialami oleh Setio juga mirip dengan kejadian di stasiun kereta di Melbourne beberapa pekan lalu ketika seorang pengamen musik dicurigai membawa senjata.
Polisi mengatakan pengamen tersebut yang membawa alat musiknya dalam sebuah tas besar dan sedang berlatih pernapasan di dalam kereta.
Namun, seorang penumpang lain merasa curiga dan kemudian melaporkan polisi, dengan menduga tas milik pengamen tersebut adalah tas senjata laras panjang. (abc.net.au)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...