Gencatan Senjata di Tiga Pertempuran di Suriah
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM – Sebuah kesepakatan gencatan senjata baru mulai berlaku pada hari Minggu (20/9) antara pasukan pro-pemerintah Suriah dan pemberontak Islamis di tiga wilayah medan pertempuran, kata seorang pejabat lokal dan kelompok monitoring.
Gencatan senjata berlaku pada dua desa yang tersisa di Provinsi Idlib, di barat laut Suriah, yang masih dikuasai pemerintah dan benteng terakhir pemberontak di dekat perbatasan Lebanon, kota Zabadani.
"Gencatan senjata berlaku di Zabadani, Fuaa dan Kafraya yang dimulai pada siang hari (pukul 09.00 GMT), namun ada beberapa kontak senjata sporadis di Fuaa pada sore hari," kata Rami Abdel Rahman, kepala Observatorium untuk Hak Asasi Manusia Suriah.
Dia mengatakan penembak gelap melakukan aksi di Fuaa dari desa tetangga, Binesh, menewaskan satu tentara pemerintah dan melukai tiga lainnya. Kejadian itu menyebabkan kontak senjata singkat, namun kemuian tenang kembali.
Abdel Rahman mengatakan perjanjian gencatan senjata itu "tidak menetapkan mengakhiri gencatan senjata" dan bahwa para pihak yang berikai akan melanjutkan negosiasi untuk gencatan senjata yang lebih luas.
Seorang anggota dewan kota Zabadani, yang terlibat dalam pembicaraan, menegaskan bahwa negosiator telah menetapkan tidak ada tanggal akhir.
Kelompok Syiah
Pasukan pro pemerintah melancarkan serangan untuk merebut kota Zabadani pada bulan Juli, mendorong aliansi pemberontak, termasuk ekstremis Muslim Sunni, Al-Qaeda, mengepung desa Fuaa dan Kafraya di Idlib yang penghuninya adalah kelompok Syiah.
Seorang penduduk kota Madaya, yang berdekatan dengan Zabadani, kepada AFP mengatakan bahwa situasi di sana "benar-benar tenang".
Gencatan senjata itu muncul setelah para pemberontak melancarkan salah satu serangan paling sengit di Fuaa dan Kafraya. Serangan dimulai hari Jumat dengan setidaknya menggunakan sembilan bom mobil di pinggiran dua desa itu. Tujuh dari bom diledakkan dalam aksi bom bunuh diri.
Setidaknya 66 pemberontak, 40 milisi pro pemerintah dan tujuh warga sipil tewas dalam serangan terbaru itu, kata kelompok Observatorium.
Usaha Ketiga
Gencatan senjata pada hari Minggu itu adalah usaha ketiga untuk menyetujui gencatan senjata bagi tiga wilayah tersebut. Sebuah gencatan senjata disepakati bulan lalu hanya berlangsung selama 48 jam.
Masalah dalam gencatan senjata terkait penarikan semua pemberontak dari Zabadani, perjalanan yang aman bagi warga sipil yang ingin meninggalkan Fuaa dan Kafraya, dan bantuan makanan dan medis bagi mereka yang tetap tinggal.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...