Genjer, Sayuran Kaya Serat
SATUHARAPAN.COM – Genjer adalah tumbuhan Indonesia yang berhabitat di perairan. Genjer dulu sering disebut sebagai sayuran untuk orang miskin, yang dimakan orang desa apabila tidak ada sayuran lain yang dapat dipanen. Kini, jenis tumbuhan air ini juga mudah diperoleh di pasar denan harga relatif murah.
Selain daunnya, bunga genjer muda juga enak dijadikan masakan. Untuk daunnya biasanya dipilih daun yang muda, sedangkan untuk bunganya dengan kuncup bulat sedikit panjang di ujungnya juga diambil yang belum mekar.
Genjer cocok diolah menjadi tumisan, lalap, pecel, campuran gado-gado, atau dibuat sayur bobor. Di Jawa Tengah dan Jawa Barat dikenal tumis genjer dengan tauco atau dengan oncom merah. Selain enak, sayuran ini pun sarat nutrisi dan kaya akan serat, sehingga baik untuk menjaga saluran pencernaan jika rajin mengkonsumsinya.
Genjer, mengutip Wikipedia, dulu pernah menjadi sumber inspirasi dalam sebuah lagu berjudul Genjer-genjer yang diciptakan M Arif, seniman angklung, yang diangkat dari lagu dolanan berjudul Tong Alak Gentak. Lagu rakyat Banyuwangi, yang berkembang sekitar tahun 1940-an , syair lagu Genjer-genjer dimaksudkan sebagai sindiran atas masa pendudukan Jepang ke Indonesia. Kondisi rakyat yang sengsara menyebabkan mengkonsumsi genjer, tanaman yang dikonsumsi itik.
Namun, kini genjer yang digolongkan sebagai tanaman sayur-sayuran, dimanfaatkan oleh masyarakat di Asia (khususnya Indonesia, Thailand, dan India) sebagai sayuran pendamping saat makan. Genjer tidak lagi identik dikonsumsi masyarakat golongan bawah, tetapi mulai merambah di beberapa restoran-restoran elite. Selain rasanya yang lezat, tumbuhan ini ternyata kaya unsur gizi.
Berdasarkan hasil penelitian Biologi Tropika atau Biotrop pada tahun 2008, tumbuhan ini memiliki kandungan serat dan gizi yang tinggi sehingga baik untuk kesehatan. Bahkan beberapa penelitian ilmiah menyebutkan, daun tanaman ini sangat baik untuk saluran pencernaan manusia karena memiliki kandungan serat yang relatif tinggi dan baik untuk menjaga saluran sistem pencernaan.
Daun dan bunga genjer mengandung kardenolin, di samping itu daunnya juga mengandung flavonoida dan polifenol. Beberapa manfaat yang kita dapatkan jika mengkonsumsi genjer, seperti dikutip dari jakarta.litbang.pertanian.go.id, antara lain kandungan protein dalam tanaman genjer membantu memproduksi sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel yang sudah tidak berfungsi lagi di dalam tubuh dan memperkuat tulang.
Genjer mengandung serat yang cukup tinggi sehingga berfungsi dalam melancarkan pencernaan (mencegah sembelit) dan terhindar dari kanker kolon. Kandungan polifenol dalam genjer dapat berperan sebagai antioksidan sehingga dapat mencegah penyakit jantung dan kanker. Sedangkan kandungan mineral pada genjer sangat penting bagi metabolisme tubuh, keseimbangan kadar air, dan kesehatan tulang.
Morfologi Genjer
Tanaman genjer menurut Wikipedia, adalah sejenis tumbuhan rawa yang banyak dijumpai di sawah atau perairan dangkal, atau kolam berlumpur dengan air melimpah, dan biasanya ditemukan bersama-sama dengan eceng gondok.
Tumbuhan ini tumbuh di permukaan perairan dengan akar yang masuk ke dalam lumpur. Tinggi tanaman genjer dapat mencapai setengah meter. Daunnya tegak atau miring, tidak mengapung. Batangnya panjang dan berlubang, dan bentuk helainya bervariasi.
Genjer memiliki mahkota bunga berwarna kuning dengan diameter 1,5 cm dan kelopak bunga berwarna hijau. Akar tumbuh ke dalam tanah sehingga memperkuat berdirinya tumbuhan. Akar juga berfungsi untuk mengambil air dan garam mineral dari dalam tanah. Sedangkan batangnya memiliki daun yang berfungsi menghasilkan makanan melalui fotosintesis dan mengeluarkan air melalui proses respirasi. Daun berbentuk pipih bilalateral, berwarna hijau, dan merupakan tempat utama terjadinya fotosintesis.
Genjer, dikutip dari Wikipedia, memiliki nama ilmiah Limnocharis flava, dalam bahasa internasional dikenal sebagai limnocharis, sawah-flower rush, sawah-lettuce, velvetleaf, yellow bur-head, atau cebolla de chucho. Di berbagai daerah, genjer dikenal dengan sebutan haleyo (Batak), eceng (Melayu), genjer, saber (Sunda), dan centongan (Jawa).
Pemanfaatan tanaman genjer secara umum di antaranya sebagai sayuran, pakan ternak, tanaman fitofiltrasi terhadap polusi air, tanaman penghias kolam, dan sebagai pupuk.
Hasil penelitian Dwiyanti dan Bambang dari Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang tahun 2006, menjelaskan bahwa tanaman genjer memiliki potensi untuk menjadi salah satu upaya pengendalian pencemaran perairan. Salah satu upaya tersebut adalah keefektifan biofilter tanaman genjer terhadap pengolahan limbah budidaya ikan dengan sistem resikulasi.
Khasiat Herbal Genjer
Tanaman genjer mengandung gizi yang cukup lengkap, dari protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin.
Daun dan bunga genjer mengandung kardenolin, di samping itu daunnya juga mengandung flavonoida dan polifenol. Dalam setiap 100 g genjer mengandung energi 39 kkal, protein 1,7 g, karbohidrat 7,7 g, kalsium 62 mg, fosfor 33 mg, dan zat besi 2.1 mg.
Tim peneliti dari Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati, Universitas Tunku Abdul Rahman, Kampar, Malaysia, dan Institut Sains dan Biologi Universitas Malaya Kuala Lumpur Malaysia, meneliti evaluasi anti lipoxygenase dan aktivitas antioksidan dari genjer. Hasilnya menunjukkan ekstrak daun genjer memiliki isi fenolik tertinggi, yang paling melimpah dan juga terkuat anti-lipoxygenase. Kesimpulannya, daun genjer merupakan sumber fenolat dan agen anti-lipoxygenase dan antioksidan.
Prisca Sari Paramudhita dari Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, melakukan pengujian komponen bioaktif genjer untuk mengetahui komponen bioaktif pada genjer. Hasil uji fitokimia pada daun tumbuhan genjer menunjukkan hasil positif pada uji steroid, fenol hidroquinon, dan benedict. Artinya, genjer termasuk tanaman liar yang menghasilkan beberapa zat-zat metabolit sekunder yang dikenal sebagai zat bioaktif dan dapat digunakan untuk mengurangi dampak logam berat .
Fitri Yanti, Sukirman, dari Fakultas Kimia dan Sumber Daya Alam Teknik, Universitas Malaysia Pahang (2010), meneliti mengenai efek genjer kuning pada kualitas air limbah dari produksi kelapa sawit.
Kelapa sawit, menghasilkan limbah padat seperti batang kelapa, daun palem, tandan kosong, dan cangkang sawit . Ada banyak cara untuk mengobati POME, air buangan yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit, utamanya berasal kondensat rebusan, air hidrosiklon, dan sludge separator.
Salah satu metode pengobatan alternatif adalah pengobatan biologis, dengan menggunakan tanaman air, yakni genjer atau Limnocharis flava. Efektivitas pengobatan menggunakan tanaman genjer tinggi, sementara pabrik pengolahan air limbah tanpa tanaman dan sirkulasi memberikan persentase terendah selama proses penghapusan bahan organik. Persentase penghapusan terbesar bahan terkontaminasi dengan keberadaan genjer.
Editor : Sotyati
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...