Gerakan Anti Pancasila Mulai Berani Menampakkan Diri
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari bahasa Sanskerta, yakni panca berarti lima dan sila, yang berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia yang ditetapkan lahir pada 1 Juni 1945.
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Lukman Edy mengatakan internalisasi nilai-nilai kebangsaan terutama Pancasila menjadi hal yang mendesak dilakukan oleh negara secara massif. Kekuatan anti-pancasila dan anti-kebhinekaan terus berkembang, bahkan mulai berani menampakkan diri.
"Tantangan kita bukan lagi seperti menghadapi NII (Negara Islam Indonesia) atau seperti menghadapi PKI (Partai Komunis Indonesia) yang bisa berhadapan langsung secara nyata, tetapi yang bangsa ini hadapi hari ini adalah gerakan anti-nasionalis, yang memanfaatkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah, negara dan lembaga negara," ujar Ketua Komisi II DPR Lukman Edy dalam siaran pers yang diterima satuharapan.com, di Jakarta, Minggu (31/5).
Kondisi ini, menurut dia, destruktif terhadap keutuhan bangsa, yang pada akhirnya kontra produktif terhadap NKRI.
Teladan Segenap Bangsa
Lukman juga menyatakan, tantangan yang harus direnungkan pada peringatan hari Lahirnya Pancasila tahun ini adalah tantangan bagi penyelenggara negara agar bisa menjadi teladan bagi segenap bangsa.
"Kalau teladan bangsa dirusak oleh penyelanggara negara maka berat bagi kita untuk menegakkan pilar bangsa, yaitu Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Paling tidak keteladanan penyelenggaraan negara yang ditunggu oleh masyarakat adalah : tidakkorupsi, berprilaku negarawan, membela dan menolong rakyat, tidak selingkuh, lembaga demokrasi yang baik dan jujur, pengadilan yang adil, polisi tegas menegakkan hukum, dan pemerintah serius mensejahterakan rakyat. Inilah makna peringatan 1 Juni hari kelahiran Pancasila di tahun 2015 ini," kata dia.
Jika keteladanan ditunjukkan dalam penyelenggaraan negara, Lukman melanjutkan, maka tugas internalisasi nilai kebangsaan melalui lembaga pendidikan atau melalui lembaga negara lainnya akan mudah diserap oleh masyarakat.
Sosialisasi empat pilar Kebangsaan oleh MPR juga akan mudah mendapat respon positif dari masyarakat luas, tetapi kebalikannya kalau ketauladanan tidak ditunjukkan oleh penyelenggara negara maka, empat pilar akan menjadi buih diatas ombak yang mudah luntur dan cair ketika ada paham lain yang masuk.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...