Gereja di Afrika Tengah Merawat Pengungsi Muslim
BANGUI, SATUHARAPAN.COM - Gereja-gereja di Republik Afrika Tengah merawat ribuan umat Islam yang terperangkap dalam siklus serangan balas dendam yang dilakukan oleh milisi yang didominasi Kristen.
Sejak Desember tahun lalu, milisi Anti Balaka menyerang dan mengusir warga Muslim di negara itu, membalas serangan yang sebelumnya dilakukan oleh milisi Seleka dari kelompok Islam. Milisi Seleka menyerang negara itu pada awal 2013, meneror warga Kristen, menggeledah gereja, rumah sakit dan toko-toko.
Presiden dari kelompok Muslim, Michel Djotodia, telah mengundurkan diri, Seleka dipaksa untuk menarik diri setelah tergusur dari kekuasaandan menimbulkan eksodus massal warga Muslim.
Di Baoro, sebuah kota di barat laut, pada sebuah paroki Gereja Katolik Roma telah ditampung lebih dari 2.000 warga Muslim yang tidak bisa melarikan diri. Sekelompok suster Katolik di kota Bossemptele melindungi lebih dari 500 Muslim. Mereka menyediakan makanan, air dan obat-obatan.
"Sekarang adalah waktunya untuk (orang) yang berkehendak baik untuk berdiri dan membuktikan kekuatan dan kualitas iman mereka," Xavier Fagba , seorang imam di Baoro, kepada BBC.
Salah satu alasan Muslim mampu berlindung di gereja-gereja adalah karena para pemimpin agama negara itu percaya ini adalah konflik non religius, kata pendeta Nicolas Guerekoyame - Gbango, Presiden Aliansi Gereja Injili di Republik Afrika Tengah.
"Kami telah melakukan perjalanan ke provinsi memberitahu orang-orang untuk memahami ini bukan konflik agama," kata Guerekonyame - Gbango. "Hal ini memberikan kontribusi mengembangkan toleransi, meskipun banyak orang, termasuk orang Kristen, telah mengangkat senjata. Hal ini disesalkan."
Uskup Agung Gereja Katolik, Dieudonne Nzapalainga dari Keuskupan Agung Bangui menyambut Imam Omar Kobine Layama, Presiden Komunitas Islam di negara itu, untuk tinggal bersamanya di kompleks gereja.
"Saya tinggal bersama dia dan saya meminta orang-orang Kristen melakukan hal yang sama," kata Nzapalainga dalam sebuah pernyataan Selasa ( 18 Februari ) untuk Caritas, organisasi bantuan internasional.
"Cinta harus menjadi karakteristik Kristen. Anda tidak dapat menyebut diri Anda seorang Kristen jika Anda membunuh saudaramu. Anda tidak dapat menyebut diri Anda seorang Kristen ketika Anda memburunya,” kata dia.
Pekan lalu , Presiden sementara republic Afrika Tengah, Catherine Samba-Panza mengatakan dia menyatakan "berperang" melawan Anti Balaka, yang dia digambarkan sebagai mengubah "misi mereka" menjadi perang dan pembunuhan.
Sementara itu, Federasi Dunia Gereja Lutheran, seperti diberitakan satuharapan.com juga membantu para pengungsi di Chad, Sudan, yang berasal dari Republik Afrika Tengah dan Sudan Selatan. Sebagian besar dari mereka adalah Muslim yang terusir oleh oleh konflik berkekerasan. (religionnews.com /LWI)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...