Gereja-Gereja Jawa Sepakat Menjaga Semesta
SALATIGA, SATUHARAPAN.COM – BMGJ berulang tahun ke-37. Diperingati dalam bentuk Sidang Raya, (12-13/11) di Sinode GKJ, Salatiga. Mereka sepakat, Gereja-gereja Jawa menjaga semesta.
Badan Musyawarah Gereja-gereja Jawa atau yang lebih populer dengan singkatan BMGJ, yang beranggota Gereja Kristen Injili Tanah Jawa (GITJ), Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU), Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dan Gereja Kristen Jawa (GKJ) telah memasuki usia ke-37.
Kelahiran BMGJ adalah pada 7 November 1976. Dalam rangka HUT dan sekaligus sebagai program rutin dua tahunan, BMGJ mengadakan Sidang Raya ke-11. Berlangsung di Kompleks Perkantoran Sinode GKJ di Jala Sumardi Salatiga, 12-13 November 2013.
BMGJ sepakat mengusung tema “Memayu Hayuning Bawana”. Artinya, upaya memelihara, melindungi dan menjaga seluruh semesta, seluruh ciptaan.
Dalam kebaktian Pembukaan, Pdt. Simon Yulianto,S.Th, Msi, Sekretaris Umum Sinode GKJ menyampaikan isu-isu yang bisa dijadikan medan perjuangan BMGJ ke depan di dalam mengaktualisasi diri sebagai gereja yang bernuansa Jawa. Fungsionaris GKJTU, Pdt. Petrus Sugito memaparkan beberapa perihal yang kritis di dunia ini, khusus di negara Indonesia. Menurunnya budi pekerti yang berakibat eksploitasi alam merupakan fenomena lumrah dan gereja sering hanya menjadi penonton.
Sidang Raya ke 11 ini sangat bernuansa natural. Tidak ada minuman kemasan, tidak ada makanan-makanan instan dan di akhir sidang, dalam ibadah penutupan diadakan perjamuan dengan gethuk dan wedang jahe sebagai medianya. Gethuk, menurut Pdt. Retno (GKJW) yang memimpin ibadah akhir dan Perjamuan kudus berarti sumber energi dan sangat lekat, sebagai sebuah lambang eratnya anggota BMGJ. Sementara wedang jahe adalah sumber kekuatan dan kecerahan dalam menghadapi lesunya kehidupan. Sidang Raya BMGJ akan berlangsung setiap dua tahun sekali.
Editor : Bayu Probo
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...