Konferensi Islam Internasional Dilatarbelakangi Fenomena Islam di Dunia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Seperti diberitakan sebelumnya, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama (Kemenag) bekerjasama dengan Rabithah Alam Islami (RAI) akan menggelar Konferensi Islam Internasional tentang Media di Hotel Shangri-La Jakarta, pada 3 hingga 5 Desember 2013 mendatang.
Menurut Kemenag, perhelatan ini dilatarbelakangi adanya peristiwa baru yang fenomenal di dunia Islam, terutama beberapa negara dengan mayoritas penduduk muslim di Timur Tengah, sejak 2011. Misalnya di Tunisia, Presiden Zainal Abidin Ben Ali dipaksa turun dari jabatannya setelah menjabat lebih dari 20 tahun.
Hal serupa juga terjadi di Mesir, Presiden Husni Mobarok yang telah memimpin Mesir lebih dari 30 tahun dipaksa turun jabatan. Kekuatan sosial politik yang bergerak di kedua negara itu menggalang kekuatannya melalui media. Perkembangan media telah menciptakan pranata baru berupa jaringan-jaringan relasi sosial berbasis teknologi informasi.
“Pranata sosial ini mendorong terciptanya konsolidasi masyarakat sipil yang dilandasi dengan kebebasan berekspresi dan berpendapat,” nilai Bahrul Hayat didampingi Kepala Pusat Informasi dan Humas, Zubaidi dan Ketua Panitia Konferensi, Jamhari dalam jumpa pers, pada Selasa kemarin (19/11) di Jakata.
Dua contoh di atas membuktikan fakta pentingnya posisi media dalam masyarakat Muslim saat ini. Seiring meningkatnya signifikansi peran media tersebut, pembahasan tentang tanggung jawab sosial media pun makin mengemuka. Muncul pertanyaan seperti apa tanggung jawab sosial media, sejauh mana kebebasan media, bagaimana media harus menjalankan tanggung jawab sosialnya, framework apa yang harus dipakai, dan sebagainya.
Praktisi Media Diharapkan Berperan
Sementara itu, Panitia Konferensi ini berharap para praktisi, pengusaha, dan kalangan akademisi ikut berperan dalam Konferensi Islam Internasional tentang Media, pada 3-5 Desember 2013 mendatang di Jakarta. Diharapkan konferensi ini akan lebih memperhatikan persoalan kemanusiaan dan tanggung jawab sosial, sesuai tema yang diusung “Media and Social Responsibility.”
Selain itu, konferensi ini juga diharapkan dapat menjadi momentum bagi kalangan praktisi dan pengusaha media untuk saling berbagai pengalaman dan menjalin kerja sama pengembangan media massa.
“Tidak tertutup kemungkinan pengusaha media (Asing) dapat menanamkan modalnya di Tanah Air,” kata Sekjen Kementerian Agama itu.
Bahrul Hayat mencontohkan, belum adanya payung hukum selama ini membuat siaran wukuf di Arafah terkendala. Dia mengungkapkan, televisi Arab Saudi tidak dapat menjalin kerja sama dengan televesi nasional karena tidak ada payung hukum berupa kerja sama antarpemerintah.
Sekjen Kemenag itu berharap, Menteri Penerangan Arab Saudi dapat hadir sehingga akan menjalin kerja sama dalam bentuk nota kesepahaman (MoU) dengan Menteri Komunikasi dan Informasi RI Tifatul Sembiring, guna memberi payung hukum kerja sama antarmedia Indonesia dengan Saudi, khususnya untuk penayangan siaran langsung puncak wukuf.
Diikuti 400 Peserta
Direncanakan, konferensi ini akan diikuti oleh 400 peserta, yang terdiri dari 250 peserta nasional dan 150 peserta internasional baik dari kalangan akademisi, pakar media, jurnalis, maupun pengusaha media dari 53 negara. Konferensi ini merupakan yang ketiga sejak pertama kali dilaksanakan di Jakarta pada 1981 dan yang kedua pada 2011 di Jakarta.
Pada perhelatan itu, Konferensi akan dibuka oleh Wakil Presiden Boediono. Selain itu, tampil sebagai pembicara: Mantan wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla membawakan tema “Media and Society”. Sementara pembicara lainnya: Tifatul Sembiring, Menteri Komunikasi dan Informasi, Muhammad Musa (Selandia Baru), Isam Abdushafi (Mesir), Muhammad Idid (Malaysia), dan Muhammad Alkharan (Saudi Arabia). (Pinmas)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...