Loading...
RELIGI
Penulis: Petrus Sugito 08:42 WIB | Kamis, 18 Juli 2013

Gereja Harus Beraksi Menanggulangi Kemiskinan dan Perdaganganan Anak.

Tenaga kerja Indonesia di Victoria Park, Hong Kong. (Foto: Petrus Sugito)

HONGKONG, SATUHARAPAN.COM - Dr. Sandra Tsang, Associate Profesor di Departemen Administrasi Sosial dan Pelayanan Sosial Universitas Hong Kong, menyebutkan bahwa ada sekitar 1,2 juta anak diperdagangkan setiap tahunnya.

Dia mengatakan hal itu dalam Sidang Raya The United Evangelical Mission (UEM) wilayah Asia, beberapa waktu lalu di Hong Kong. Sidang mengambil tema “Child Traficcing and Poverty” dan diorganisasi oleh tuan rumah Chinesse Rhainese Church (CRC).

Organisasi Buruh Internasional (ILO) menyebutkan bahwa perdagangan anak di  wilayah Asia/Pasific mencapai angka 250.000 anak setiap tahunnya. Di Amerika Latin dan Karibia mencapai  550.000, anak dan Afrika 200.000 anak.

Dia menyebutkan, di Amerika, 14.500 – 17.500 korban perdagangan manusia di bawa ke negeri tersebut. Sebanyak 80 persen dari jumlah tersebut adalah perempuan dewasa dan gadis remaja.

Para korban ini umumnya mengalami ekploitasi seksual, ekploitasi buruh, pemaksaan sebagai pembantu rumah tangga, pemaksaan melakukan kejahatan, pekerjadi  kebun ganja, pedagang obat terlaran dan pemaksaan pernikahan.

Menurut Protokol untuk Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially Women and Children (2000), mendefinisikan perdagangan anak mencakup rekruting, mengangkut, memindahkan, atau menerima anak-anak untuk maksud ekploitasi.

Melihat kenyataan itu, Gereja-gereja anggota  UEM bertekad untuk mengembangkan aksi bersama dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan perdagangan anak. Misi gereja sekarang harus dimengerti tidak hanya menyangkut masalah spiritual, melainkan harus bersifat integral yang diwujudkan dalam tindakan nyata menanggulangi masalah perdagangan anak dan kemiskinan. Demikian salah satu hasil siding tersebut.

Semua anggota UEM Asia menyadari telah dililit oleh persoalan perdangan anak. Keterlambatan melakukan aksi mengatasi persoalan tersebut, akan berakibat hilangnya masa depan cbagi satu generasi.

Di tengah persidangan, peserta dari Indonesia melakukan “exposure” ke Victoria Park, pada satu hari Minggu untuk berdialog dengan ribuan pekerja Indonesia yang biasanya berkumpul di kawasan tersebut. Mereka umumnya bekerja pada sektor pembantu rumah tangga yang hampir semuanya perempuan.

Menurut informasi dari staff Konjen Indonesia di Hong Kong, ada sekitar 160.000 tenaga kerja Indonesia di sektor pembantu rumah tangga saat ini bekerja di Hong Kong. UEM bersama-sama dengan CRC, telah melakukan aksi untuk membantu para pekerja migran ini melalui program konseling pastoral dan pelatihan-pelatihan ketrampilan agar kelak setelah kembali ke negeri asal, dapat mandiri.

Siodang UEM wilayah Asia itu diikuti oleh 16 gereja anggota yang tersebar di Sri Langka (The Methodis Church of Sri Langka), The Philipine (United Church of Christ in the Philipine), Hong Kong(CRC) dan 13 anggota lainnya dari Indonesia (HKBP, BNKP, GKPS, GKPI, HKI, GKPA, GKPPD, GBKP, GKPM, GPKB, GKJTU, GKJW dan GKI-TP).

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home