Gereja Harus Memperjuangkan Keadilan Air Sebagai Domain Sosial
BERLIN, SATUHARAPAN.COM – Gereja harus berfungsi sebagai katalis dalam membangun visi yang menginspirasi dunia untuk berbagi keadilan akses pada air, dan air sebagai domain sosial.
Pernyataan itu dikeluarkan oleh Dewan Gereja-gereja Dunia (World Council of Churches / WCC) dalam konsultasi yang berlangsung pekan lalu di Berlin, Jerman. Pertemuan konsultasi itu untuk mendorong gereja, pemerintah dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memastikan akses universal terhadap air, sanitasi dan kebersihan. WCC juga menempatkan isu akses terhadap air sebagai agenda prioritas pasca-2015.
Pertemuan itu mengambil tema: "Tuhan, bimbing kami untuk hidup berkelimpahan melalui perdamaian dan keadilan tentang air” (God, lead us to abundant life and peace through water justice).
Pernyataan ini dikembangkan oleh para pemimpin dari 40 gereja. Mereka adalah teolog, akademisi,dan aktivis yang diorganisasi oleh Jaringan Air Ekumenis (Ecumenical Water Network /EWN) dan lembaga Roti untuk Dunia (Bread for the World).
Pernyataan itu meminta pemerintah dan masyarakat internasional untuk memperbaharui komitmen mereka dalam menyediakan akses universal pada air secara aman dan memadai, termasuk untuk kelompok miskin dan marginal. Akases tersebut untuk mendapatkan pasokan air minum, fasilitas sanitasi di rumah, dan fasilitas mencuci tangan yang diharapkan dicapai untuk semua pada 2030.
Dalam pidato penegasannya, Cornelia Füllkrug-Weitzel, Presiden Roti untuk Dunia, mengatakan tentang kerja sama lembaganya dengan EWN dalam membahas isu-isu air. Sementara Maria Francisca Ize-Charrin dari WaterLex, mengatakan, "Air adalah barang publik yang tidak dapat menjadi subjek dari hak milik, di mana hak ini kemungkinan digunakan atau disalahgunakan."
Dia menambahkan, "Meraih sumber daya air oleh perusahaan swasta tanpa memperhitungkan hak atas air bagi penduduk dan generasi mendatang tidak dapat diterima dari sudut pandang hak asasi manusia."
Para pembicara pada pertemuan itu antara lain Duta Besar tetap untuk Kantor PBB di Jenewa, Luis Gallegos dari Ekuador, dan Rabbi Awraham Soetendorp dari Yakub Soetendorp Institute for Human Values, Virginia Roaf, penasihat Pelapor Khusus PBB tentang hak manusia atas air minum yang aman dan sanitasi, serta Hannah Neumeyer dari WASH.
Menurut koordinator EWN, Dinesh Suna, konsultasi tersebut memberikan arah yang jelas dalam mengambil langkah konkret terhadap upaya gereja dalam mengembangkan program untuk keadilan air dan hak asasi manusia atas air. "Kami melihat banyak ruang lingkup untuk berkontribusi dalam agenda pembangunan pasca-2015 berkaitan dengan air, sanitasi dan kebersihan," kata Suna.
Hasil konsultasi itu juga akan dibawa dalam sidang raya WCC di Busan, Korea Selatan Oktober-November mendatang. (oikoumene.org)
Editor : Sabar Subekti
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...