Gereja Harus Menjadi Pioner Perubahan Masyarakat
TRONDHEIM, SATUHARAPAN.COM – Berbagai gereja yang tergabung di bawah Dewan Gereja Dunia (WCC/World Council of Churches) diharapkan dapat menjadi agen perubahan bagi masyarakat di dunia, di tengah kondisi latar belakang masyarakat di berbagai negara yang terdiri atas berbagai kemajemukan budaya, sosial, politik, dan banyak bidang lain.
“Gereja-gereja anggota harus menjadi katalis untuk perubahan dalam dunia yang berubah dengan cepat dan semakin pluralistik,” kata Moderator Dewan Gereja Dunia dari Gereja Anglikan Kenya, Agnes Abuom, dalam pertemuan tahunan Komite Sentral, di Trondheim, Norwegia, pada hari Rabu (22/6).
Agnes Abuom mengamati perubahan di tengah-tengah masyarakat, dalam pertemuan tahunan tersebut disimbolkan dengan ziarah keadilan.
Ziarah tersebut, menurut Abuom, adalah kegiatan yang menawarkan peserta pertemuan untuk lebih terbuka dan menerima bisikan dari Roh Kudus.
Ia menambahkan keadilan dalam perspektif Kristen adalah keadilan yang tidak bias terhadap korban, yang tidak bias terhadap yang berdaya dan terpinggirkan, dan keadilan yang memperhatikan yang terpinggirkan.
Ia menjelaskan, ziarah keadilan dilakukan sejak lama dan bertahun-tahun karena gerakan tersebut adalah gerakan yang merakyat.
“Ziarah keadilan dan perdamaian juga akan melibatkan orang-orang dari agama lain, laki-laki maupun perempuan,” dia menambahkan.
Komite Sentral merupakan sebuah badan yang bertemu sekali setiap dua tahun, terdiri atas 150 wakil terpilih dari 345 gereja anggota WCC.
Sidang Komite Sentral WCC berlangsung mulai dari Kamis (22/6) sampai dengan Selasa (28/6). Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Dewan Gereja Dunia, Olav Fykse Tveit, menjelaskan prinsip gereja berziarah adalah konsep yang mendefinisikan ulang gereja sebagai harapan di tengah situasi banyak orang di dunia yang mencari keadilan dan perdamaian.
Dalam pertemuan itu juga diperdengarkan laporan dari Komite Eksekutif WCC tentang penggunaan anggaran sejak pertemuan terakhir Komite Sentral pada tahun 2014.
Agnes Abuom mengingatkan peran Trondheim sebagai kota tempat ziarah. Di kota itu terdapat gereja yang berdiri sejak abad pertengahan, yang memulai tradisi ziarah secara spiritual.
Kegiatan ziarah serupa juga terdapat dan dilakukan di negara-negara antara lain Korea Selatan, Ukraina, Lebanon, Israel dan Palestina, Sudan Selatan, Burundi, Kolombia, Nigeria, dan di kota-kota di Amerika Serikat yang mengalami konfrontasi rasial.
Tveit mengemukakan, Dewan Gereja Dunia telah membentuk jaringan inisiatif perdamaian, pekan lalu. Dewan Gereja Dunia telah mengumpulkan peserta gereja dari beberapa negara untuk berlokakarya di Johannesburg, Afrika Selatan, dalam rangka memperingati 40 tahun pembantaian Soweto.
“Gereja-gereja berbagi kebahagiaan satu sama lain, dari berbagai belahan dunia, bagaimana kita memenuhi peran kita menjadi pembawa damai dan menyerukan keadilan,” kata Tveit. (oikoumene.org)
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...