Gereja Harus Upayakan Keadilan bagi Pengungsi
TRONDHEIM, SATUHARAPAN.COM – Situasi pengungsi di berbagai negara dunia yang tidak menentu, karena jutaan penduduk dunia tidak memiliki tempat tinggal menjadi tanggung jawab banyak pihak, gereja adalah pihak yang pertama kali terpanggil untuk melayani mereka.
Dalam salah satu sesi panel di pertemuan tahunan Komisi Sentral Dewan Gereja Dunia, di Trondheim, hari Jumat (24/6), delegasi asal Norwegia, Pendeta Marianne Brekken, menjelaskan keprihatinannya terhadap kondisi pengungsi di seluruh dunia saat ini.
Dia menjelaskan Sinode Gereja Norwegia telah menggumuli isu tersebut selama satu tahun belakangan, dalam diskusi di berbagai media Norwegia, gereja mengimbau berbagai politikus Norwegia untuk bertindak konkret dalam melayani pengungsi.
Dia menyerukan Norwegia sebagai salah satu negara makmur di dunia agar mau menerima pengungsi, oleh karena itu dia ingin agar banyak gereja di Norwegia lebih banyak jemput bola terhadap kondisi pengungsi di dunia. “Menurut saya, gereja harus tetap mengawal pemerintah yang bertanggungjawab terhadap kondisi pengungsi, dan berbicara hal yang konkret tentang kondisi pengungsi,” kata dia.
Dia menambahkan sebagian besar pengungsi bukan oportunis yang sekadar berpetualang ke negara lain, namun pengungsi adalah orang-orang yang mencari kedamaian bagi diri sendiri dan keluarganya.
Dia menambahkan banyak orang saat ini harus berani menampilkan kisah-kisah pemberani tentang pengungsi ke dalam forum publik, karena menurut Brekken, pengungsi adalah manusia sama seperti warga negara yang didatangi pengungsi.
Pengungsi dalam skala global harus dilihat sebagai sebuah teman untuk persekutuan, kata Brekken, sehingga negara penerima pengungsi jangan memberi label yang jahat atau buruk terhadap pengungsi. “Pengungsi ibaratnya adalah kakak atau adik, hanya saja mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman mereka, sepertinya ini adalah hal yang biasa, tetapi ini adalah fakta yang tidak bisa kita mungkiri,” kata dia.
Brekken menambahkan seluruh gereja dunia harus menjadi lebih dewasa, karena ukuran kedewasaan sebuah gereja, menurut dia, yakni sukses melalui isu-isu yang sulit. (oikoumene.org).
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...