Gereja Katolik Ingin Berperan Penting dalam Pemeliharaan Lingkungan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengadakan seminar tentang lingkungan, yang diberi tema “Revitalisasi Budaya Pro Ekologi Untuk Kesejahteraan Bersama” berlangsung pada Rabu,(12/6) di Kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).
Seminar ini bertujuan untuk mensosialisasikan nota pastoral bagi warga gereja dan umat katolik dan juga mengajak warga gereja peduli lingkungan. Hal ini diungkapkan Mgr. Agustinus Agus selaku Ketua Komisi Keadilan, Perdamaian Dan Pastoral Migran Perantau dari KWI.
Dalam seminar yang menghadirkan ketua APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia), Sofyan Wanandi, dan Inar Ichsana Ishak, S.H., LLM., Staf Ahli Bidang Sosial, Budaya dan Kesehatan Lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup, Mgr Agustinus Agus sesungguhnya mengharapkan Menteri Lingkungan Hidup datang dan dapat berdiskusi dengan APINDO.
“Harapan yang paling besar dari forum ini yakni adaláh bertemunya Menteri Lingkungan Hidup dan Apindo.” ujar Agustinus.
Agustinus mengatakan bahwa pemerintah dan pengusaha harus ada tanggung jawab dalam pemeliharaan lingkungan. Oleh sebab itu APINDO dan Pemerintah perlu membahas langkah-langkah penyelamatan hutan Indonesia.
Dalam seminar yang menghadirkan pakar lingkungan, William Smith, yang turut berpartisipasi melalui sambungan jarak jauh, Skype, Agustinus mengatakan bahwa seharusnya seminar ini hanyalah langkah awal dan menjadikan masyarakat semakin peduli lingkungan dengan langkah nyata.
“Setelah seminar ini kita jangan semakin kehilangan semangat untuk menyatakan tindakan nyata bagi lingkungan, jangan berwacana saja, kami ingin adanya diskusi yang berlanjut di tempat-tempat lain.” ujar Agustinus.
Nota pastoral yang dikeluarkan oleh Konferensi Waligereja Indonesia ini berjudul “Keterlibatan Gereja Dalam Melestarikan Keutuhan Ciptaan” mengajak seluruh umat Katolik untuk memberi perhatian, meningkatkan kepedulian dan tindakan partisipatif dalam menjaga, memperbaki, melindungi, dan melestarikan keutuhan ciptaan dari berbagai macam kerusakan.
Nota yang merupakan hasil studi para uskup pada tanggal 5 hingga 7 Nopember 2012 tentang ekspastoral ini dimaksudkan sebagai pembelajaran pribadi bagi seluruh umat dan siapapun yang mempunyai kepedulian terhadap masalah-masalah lingkungan.
Pada halaman 7 nota pastoral ini tercantum kondisi-kondisi memprihatinkan dari lingkungan yang ada saat ini, antara lain alam dianggap memiliki kemampuan sendiri untuk mengatasi dampak-dampak negatif eksploitasi dan pencemaran, sehingga manusia menjadi serakah.
Kerusakan lingkungan hidup, sesuai dengan keterangan yang tercatat pada halaman 8 nota pastoral ini, adalah kerusakan yang ditandai tidak adanya lagi kemampuan ekosistem asli dari suatu lingkungan untuk tetap berfungsi dengan baik, kerusakan lingkungan terjadi karena aktifitas pengambilan sumber daya alam yang tidak terkendali seperti pertambangan, perkebunan, kehutanan, pencemaran tanah, pencemaran udara, pencemaran air dan, perubahan iklim.
Editor : Yan Chrisna
Bertemu PM Pakistan, Prabowo Bahas Peningkatan Kerja Sama Ek...
KAIRO, SATUHARAPAN.COM-Presiden Prabowo Subianto melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menter...