Gereja Ortodoks Yerusalem Dicorat-coret dengan Grafiti Anti Kristen
Perdana Menteri Israel mengutuk keras.
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Sebuah biara yang merupakan bagian dari gereja ortodoks Yerusalem yang berlokasi di dekat gerbang Sion di luar Kota tua, pada hari Minggu pagi (17/1) ditemukan mengalami vandalisasi. Diduga hal itu dilakukan oleh ekstremis Yahudi. Inilah yang kedua kali terjadi hal seperti ini dalam satu tahun belakangan.
Biara Benediktin itu terletak di gunung Sion dekat situs yang oleh kalangan Kristen dipercaya sebagai tempat perjamuan terakhir Yesus, yang juga diyakini tempat makam Raja Daud, yang bagi kalangan Yahudi juga dijadikan tempat beribadah.
Kata-kata "Kristen masuk Neraka," "Matilah Orang Kristen Musuh Israel," disertai gambar Bintang Daud tampak tertulis dengan tinta merah di dinding kompleks.
Jurubicara Polisi, Micky Rosenfeld, mengatakan sebuah tim forensik dikirim untuk menganalisis tulisan-tulisan itu, dan penyelidikan terhadap kejahatan menyebar kebencian telah dimulai, kendati belum ada yang ditangkap.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam rapat kabinet hari Minggu (17/1) mengutuk kejahatan itu dan bersumpah untuk menangkap para pelaku.
"Ini merupakan tindakan yang layak mendapat kecaman; tidak ada tempat untuk tindakan seperti ini, " kata dia.
"Israel adalah tempat dimana orang-orang Kristen dan semua agama lain menikmati kebebasan beribadah, dan satu-satunya tempat di Timur Tengah dimana populasi Kristen berkembang. Polisi bekerja untuk menemukan mereka yang bertanggung jawab."
Menteri Keamanan Publik, Gilad Erdan, menyebutkan vandalisme tersebut merupakan penghinaan terhadap prinsip-prinsip agama bangsa Israel.
"Kami tidak akan membiarkan siapa pun merusak hidup berdampingan agama di Israel," kata dia, dalam sebuah pernyataan.
"Kami memiliki toleransi nol untuk mereka yang melemahkan prinsip-prinsip dasar demokrasi dan kebebasan beragama. Kami akan menangani para pelaku tindak pidana ini."
Ketua Joint List, aliansi partai-partai Arab di Israel, MK Ayman Odeh, menyebut vandalisme itu merupakan kejahatan rasial.
"Pelecehan dan perusakan tempat yang kudus itu bagi Islam dan Kristen terjadi hampir terus-menerus dan tidak ada yang bertanggung jawab," kata Odeh.
"Di Yerusalem anggota ulama telah dilecehkan selama bertahun-tahun, tetapi akhir-akhir ini fenomenanya menjadi lebih buruk, lebih umum, dan lebih ganas," ia menambahkan.
Odeh mempersalahkan pemerintah yang menurut dia memberi contoh menyebar kebencian dan bermain mata mengizinkan kejahatan menyebar kebencian itu terhadap minoritas Arab di Israel.
Dalam sebuah pernyataan, Patriark Latin Yerusaelem menjelaskan bahwa Biara Abbey adalah "tempat yang signifikan untuk dialog antaragama antara Yahudi dan Kristen" dan mengatakan pihaknya berharap pelaku akan ditangkap.
Dalam pernyataan bersama, Romo Gabriel Naddaf, ketua Israeli Christians Recruitment Forum, bersama dengan Rabbi Yechiel Eckstein, presiden dan pendiri International Fellowship of Christians and Jews, mengecam vandalisme.
"Ini tindakan rasis yang merusak persahabatan Yahudi dan Kristen di Israel dan di seluruh dunia, dan menghalangi warga Kristen Israel mengintegrasikan diri ke dalam masyarakat Israel," bunyi pernyataan bersama itu.
"Selain itu, serangan seperti ini merugikan perekonomian Israel dengan menakut-nakuti wisatawan dan peziarah agama mengunjungi Israel."
Pernyataan itu melanjutkan: "Aliansi yang kuat antara Kristen dan Yahudi terintegrasi dengan keberadaan Israel di dunia dan untuk keamanan rakyatnya. Kami menyerukan kepada Menteri Keamanan Publik dan Komisaris Polisi untuk bertindak cepat dan tegas untuk mencabut fenomena rasis dari tengah-tengah kita."
Sementara itu, Benny Kfir, ketua Israel Tour Guides Association, mengatakan para pengacau telah merusak hubungan damai antara masyarakat Yahudi dan Kristen, yang mengakibatkan pembatalan kunjungan wiasta.
"Mereka memperburuk reputasi Israel, menghalangi wisatawan, mengakibatkan pembatalan kunjungan wisata dan juga merugikan ekonomi Israel secara serius," kata Kfir Kata dalam sebuah pernyataan yang menyerukan penangkapan para pelaku.
Februari lalu kamar mandi dan koridor Biara Abbey terbakar dan dindingnya ditulisi dengan grafiti anti Kristen oleh orang yang masuk lewat jendela pada pagi-pagi sekali.
Meskipun api tidak menyebabkan kerusakan serius, kejahatan itu mengguncang gereja dan menimbulkan kecaman dari politisi Israel dan pemimpin agama.
Presiden Reuven Rivlin melontarkan kemarahan dan menelepon Patriark Theophilos III dari Yerusalem untuk menyampaikan penyesalannya dan menjamin bahwa pelaku akan dibawa ke pengadilan.
"Tak dapat dibayangkan tindakan seperti ini bisa terjadi di tempat ibadah," kata Rivlin pada saat itu.
Mordechai Meyer, seorang ekstremis Yahudi berusia 18 tahun dari Ma'aleh Adumim, ditangkap dan ditempatkan pada penjara administratif oleh Shin Bet (Badan Keamanan Israel) pada bulan Agustus lalu atas pembakaran dan vandalisme.
Namun, ia dibebaskan awal bulan ini dan ditempatkan dalam status tahanan rumah setelah dua anak di bawah umur yang tak diidentifikasi mengaku sebagai pelakunya, sementara tersangka ketiga telah menjalani dakwaan.
Pada tahun 2014, beberapa jam setelah Paus Fransiskus mengakhiri kunjungannya ke tempat ini, pelaku perusakan membakar sebuah buku tamu pada pintu masuk.
Sedangkan pada Mei 2013, gereja itu juga mengalami vandalisasi dengan grafiti anti Kristen.
Editor : Eben E. Siadari
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...