Gereja Papua Minta Jokowi Ungkap Kelompok Ultranasionalis
JAYAPURA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) Papua, Pdt. Dr. Benny Giay meminta Presiden terpilih, Joko Widodo (Jokowi) mengungkap identitas kelompok garis keras, yang selama ini mengacaukan situasi di tanah Papua, dan melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap umat Tuhan.
Hal tersebut ia sampaikan saat memberikan keterangan pers dalam acara yang diselenggarakan oleh Forum Kerja Oikumenis Gereja-gereja Papua di Kantor Sinode Kingmi, Jayapura, Papua, Rabu (24/9) siang.
“Waktu kami bertemu dengan Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono, Red) 16 Desember 2011 lalu di Jakarta, beliau bilang ada kelompok garis keras yang tidak mau demokrasi, tidak mau dialog, dan mau menang sendiri, alias ultra-nasionalis, kelompok ini sedang bermain di tanah Papua, karena itu Jokowi harus berani ungkap identitas mereka,” kata Giay.
Forum Kerja Oikumenis Gereja-gereja Papua mencatatat dalam satu tahun terakhir terjadi banyak kekerasan, namun aparat keamanan tidak pernah mengungkap siapa pelakunya, dan apa motifnya menciptakan kekerasan di tanah Papua. Karena itu mereka meminta Jokowi harus berani mengungkapkannya agar diketahui publik.
Melihat fenomena kekerasan yang meningkat tiap tahunnya, Giay mengatakan, Gereja selalu mengangkat tema refleksi bahwa kekerasan dan kejahatan sedang menggagahi umat Tuhan dan tanah Papua.
“Secara sosial kami bertanya, dimana negara saat jemaat kami mengalami kekerasan ini? Kalau ada, apa perannya, sebab kekerasan terus beranak pinak, dan menyengsarakan umat Tuhan,” kata Giay.
Yang lebih memprihatinkan, lanjut Giay, dalam suasana kekerasan yang terus terjadi, negara melalui aparat keamanan sepertinya tidak ada untuk menjalankan fungsinya melindungi umat Tuhan.
“Kalaupun ada, mereka adalah pelaku yang kebal hukum, bahkan terkesan aparat ikut bermain dan peran memperkeruh situasinya, alias pagar makan tanaman,” Giay menambahkan.
Sementara Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua (PGBP), Pdt. Socratez Yoman menambahkan, gereja selama ini prihatin dengan insiden-insiden kekerasan yang berujung pada impunitas (kebal hukum) bagi pelaku kekerasan, terutama aparat keamanan.
Menggambarkan gereja menjadi saksi bisu situasi kekerasan yang terus-menerus mereka alami, Yoman mengutip kata-kata dari ayat Alkitab, yakni “Maut yang terus menyusup ke jendela-jendela rumah kami, masuk ke dalam gubuk-gubuk kami: ia melenyapkan kanak-kanak kami dari jalan, pemuda-pemuda dari lapangan; mayat-mayat manusia berhantaran seperti pupuk di ladang seperti berkas gandum di belakang orang-orang yang menuai tanpa ada yang mengumpulkan.” (Yermia 9:21-22)
“Kami sebagai Gereja Papua dan Jemaat terus-menerus hidup dalam kondisi seperti ini sejak tahun 1960-an. Artinya, Papua telah dan terus dikelola sebagai situs kekerasan dan situs pertumpahan darah anak negeri oleh berbagai kepentingan, Jokowi harus memperhatikan persoalan ini,” kata Yoman. (PR)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...