Gereja Peduli Penderita HIV-AIDS
JAKARTA - "Sebuah gereja harus punya kemampuan menyembuhkan penyakit, pergi menjelajah dunia, dan bekerja dengan orang-orang untuk menyembuhkan masyarakat," kata Dr Erlinda N. Senturias dari United Church of Christ di Filipina, dalam sebuah wawancara.
Seorang dokter yang juga mantan staf Dewan Gereja Dunia (WCC) Kesehatan dan program Penyembuhan, dan mantan konsultan dengan Konferensi Kristen Asia (CCA), Senturias telah terlibat dengan masalah kesehatan dari perspektif Kristen selama lebih dari dua puluh tahun.
Gereja memiliki akses langsung ke masyarakat, diharapkan dapat bertindak nyata seperti menggerakkan petugas kesehatan untuk menolong, juga mengkoordinasikan Rumah Sakit - Rumah Sakit Kristen. Demikian adalah hal yang esensial karena seperti itulah gereja bisa berperan penting dalam mengobati masyarakat" ujar Senturias.
Senturias menilai bahwa ada anggapan miring di masyarakat tentang penyakit HIV, AIDS, dan penyakit mental. "ini mengindikasikan bahwa penyakit memiliki dampak sosial, tidak hanya kondisi medis seseorang". Gereja perlu mendampingi secara spiritual lebih lanjut dengan cara mendidik masyarakat bahwa jangan ada stigma yang melekat pada penyakit-penyakit ini.
"Gereja harus mendengarkan, karena mendengarkan menegaskan bahwa gereja dapat mengikuti teladan Yesus, yang tidak mengucilkan orang sakit tetapi memperhatikan, mendengar, dan menyembuhkan yang terpinggirkan" kata Santurias.
Tanggapan terhadap HIV dan AIDS
Senturias mengatakan bahwa pandemi HIV dan AIDS lebih terlihat dalam dekade terakhir di kawasan Asia. karena ada lebih dari empat juta orang yang hidup dengan HIV, sedangkan jumlah anak yang terinfeksi HIV jumlahnya lebih dari dua juta di seluruh dunia. Senturias menggunakan riset yang dihasilkan oleh EHAIA (Ecumenical HIV and AIDS Initiative in Africa), sebuah proyek dari WCC, sebagai bahan acuan untuk respons cepat terhadap HIV dari beberapa gereja di kawasan Asia.
Beacon of Hope, sebuah publikasi EHAIA dan diproduksi Dr Susan Parry merupakan langkah besar dalam membantu gereja-gereja di kawasan Asia untuk memiliki pendekatan menangani pasien terjankit HIV secara kompeten. Sebuah kutipan dari buku "“HIV Competent Church Benchmarks" yang telah diterjemahkan ke dalam delapan bahasa Asia dan telah digunakan oleh beberapa gereja di kawasan Asia.
Dalam konsultasi CCA (Konfrensi Kristen di Asia) tentang HIV dan AIDS, Senturias diundang Susan Parry, koordinator wilayah EHAIA untuk Afrika Selatan untuk menceritakan pengalaman. Senturias juga ikut serta dalam konferensi internasional bertema "Global Race to Save Lives from HIV and AIDS" di Lilongwe, Malawi tahun 2012 dimana di acara tersebut Senturias memberi banyak pelajaran kepada gereja-gereja tentang HIV di Asía.
Sebagai bagian dari inisiatif ini, dia telah mempromosikan toolkit SAVE, yang sahamnya metodologi pencegahan digunakan dan diajarkan oleh Jaringan Internasional Pemimpin Agama Hidup dengan atau pribadi Terdampak HIV atau AIDS (INERELA +). Informasi lebih lanjut tentang HIV dan AIDS Initiative Ekumenis di Afrika.
Santurias dalam acara tersebut mempromosikan toolkit SAVE yang membagikan pencegahan yang digunakan dan diajarkan oleh Jaringan Internasional Pimpinan Agama yang Hidup Dengan Pribadi Terdampak HIV dan AIDS (INERELA+)
Dewan Gereja Dunia sehari-hari mempromosikan kebersamaan umat Kristen dalam keimanan, kesaksian dan pelayanan untuk dunia yang adil dan damai. Sebuah persekutuan berbagai gereja yang didirikan tahun 1948, saat ini Konferensi gereja-gereja sedunia ini menyatukan 349 gereja Protestan, Ortodoks, Anglikan dan yang mewakili lebih dari 560 juta orang Kristen di lebih dari 110 negara, dan bekerja sama dengan Gereja Katolik Roma.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...