Glenn Angkat Suara dari Timur Lewat Produk Budaya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Musikus asal Ambon, Maluku Glenn Fredly, bersama gerakan Voice From The East (VOTE) mengangkat persoalan-persoalan pelik di Indonesia Timur ke ranah publik melalui produk-produk budaya.
Glenn kepada satuharapan.com mengatakan gerakan yang telah dibentuk bersama beberapa rekan sesama aktivis peduli Timur itu, kini lebih terlibat dan berkonsentrasi pada hal-hal yang berbau budaya.
“Salah satu yang dikerjakan adalah produk-produk budaya, seperti film Cahaya dari Timur. Implementasinya memang lebih ke situ, selanjutmnya kami akan mengerjakan sekuel Cahaya dari Timur, yaitu mengangkat tokoh Aleta, dan akan diberi judul Mama Aleta,” ujar Glenn pada Jumat (14/11) di Sinou Coffee and Resto, Jalan Panglima Polim, Jakarta Selatan.
VOTE, kata Glenn, merupakan konsesi dari beberapa orang yang terpanggil untuk terlibat dalam kelompok sosial. Namun, beberapa saat setelah dibentuk, tepatnya pada 2012, VOTE terkesan advokatif.
“Untuk itu, saya berpikir bagaimana kegiatan VOTE ini dapat lebih melarut dan diterima di masyarakat. Akhirnya implementasi yang konkret adalah film. Kami mempelajari apa yang telah terjadi dan mau menghindari apa yang telah terjadi,” kata Glenn.
Meski telah bertransformasi ke ranah kultural, spirit VOTE tetap sama, yakni mengangkat suara tentang masalah-masalah yang terjadi di Indonesia bagian timur.
Mama Aleta
Film Mama Aleta dijelaskan Glenn mengangkat kisah tokoh bernama Aleta. Aleta Baun adalah sosok dari Kupang yang sangat inspiratif, menurut dia. Aleta ialah seorang ibu dari Nusa Tenggara Timur yang meraih penghargaan Goldman Environmental Prize 2013 atas jasa-jasanya di bidang konservasi alam. Aleta menerima langsung Goldman Environmental Prize 2013 dalam satu upacara khusus di San Francisco Opera House, Amerika Serikat.
Dijelaskan Glenn, film Mama Aleta ini nantinya bukan hanya mengangkat masalah tentang eksploitasi dan apa yang terjadi di Nusa Tenggara Timur, namun juga akan membuka banyak pintu untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan di Indonesia bagian timur agar bisa muncul ke permukaan.
“Apalagi di era pemerintahan Jokowi hari ini, dia berbicara tentang poros maritim dunia, otomatis itu akan sangat berhubungan dengan Indonesia Timur di mana di Indonesia Timur ada 5.400 kapal setiap malam mengambil ikan di laut,” kata Glenn.
Kesadaran untuk Timur
Glenn menyoroti apa yang telah terjadi di laut timur Indonesia sebagai sebuah sinyal bahwa ada banyak hal di sana yang harus mendapat banyak perhatian dari pemerintah.
“Paling tidak ada kesadaran. Kesadaran ini menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang selama ini belum terselesaikan. Kita lebih enak berbicara masalah HAM dan alam, kalau ini dilakukan dengan pendekatan-pendekatan kultural. Saya pikir ini akan semakin tepat dan sejalan dengan apa yang disampaikan. Mudah-mudahan konsensus bersama ini bisa terjadi karena menurut saya hari ini suka tidak suka konsensus bersama ini harus dicari,” ujarnya.
Terkait dengan pemerintahan Jokowi, Glenn menilai Jokowi telah memberi ruang dialog dan ruang bicara. Glenn optimistis dengan apa yang disampaikannya kepada pemerintahan yang baru melalui pendekatan budaya dapat membuahkan hasil yang baik.
“Itu sebabnya aktivitas saya lebih banyak memanfaatkan dunia pop menjadi ladang untuk bisa menyampaikan hal-hal yang mungkin sangat serius,” Glenn menambahkan.
Semua Kembali ke Pusat
Tidak bisa dipungkiri, semua isu menurut Glenn berpusat di Jawa, khususnya di Jakarta. Akhirnya, masalah-masalah yang terangkat ke publik akhirnya berpusat di Jakarta sebagai ibu kota negara.
“Pada akhirnya, yang harus mendorong pemerintah melakukan aksi adalah kesadaran terhadap kebijakan pemerintah sendiri untuk mengimplementasikannya. Kita bisa bicara tentang Indonesia Timur, tapi kebijakan pusat lagi-lagi yang menentukan. Buat saya kebijakan pusat yang harus didorong,” ujar Glenn.
Glenn mencontohkan gerakan penolakan reklamasi di Bali. Bali tolak reklamasi, kata Glenn, akhirnya bertumpu pada kebijakan pemerintah.
“Ini efek bagaimana kesadaran lokal untuk menjaga identitas harus dimunculkan. Konsep asali ini menjadi penting. Kesadaran asali akan memberi impact bagi pemerintah bahwa orang daerah juga membutuhkan perhatian. Saya rasa film ini dapat menjadi jembatan untuk generasi muda agar dapat berpikir tentang keadaan yang ada dengan aksi yang nyata,” katanya.
Sekilas VOTE
VOTE merupakan sebuah gerakan kampanye sosial yang digagas oleh seniman dan pegiat sosial untuk mengembalikan martabat kemanusiaan, perdamaian, kesejahteraan, pelestarian lingkungan, demokratisasi, serta merawat keberagaman dan budaya di Indonesia Timur.
Bagi VOTE, Indonesia Timur adalah benteng terakhir keserasian hidup manusia dan lingkungan hidup di Indonesia. VOTE bertujuan membuka mata batin masyarakat Indonesia tentang kekerasan modal dan penguasa yang telah menghancurkan tatanan sosial dan hak masyarakat serta lingkungan untuk hidup.
Editor : Sotyati
Bangladesh Minta Interpol Bantu Tangkap Mantan PM Sheikh Has...
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Sebuah pengadilan khusus di Bangladesh pada hari Selasa (12/11) meminta organ...