Gomar Gultom: PGI Bersyukur Indonesia Tolak ISIS
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Umum Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Pendeta (Pdt.) Gomar Gultom, M.Th mengatakan kepada satuharapan.com, Jumat (8/8) bahwa seluruh pemuka agama yang ada di Indonesia bersepakat menolak paham radikalisme Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Gomar menyatakan ini seusai acara peluncuran buku Pdt. J.A.U Doloksaribu, M.Min yang berjudul Seribu Warna dan Nada untuk Tuhan, di Gedung Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta.
“Kita beruntung di Indonesia karena organisasi keagamaan dan kepercayaan sepakat dan beberapa hari lalu kalau tidak salah ada kesepahaman pernyataan bahwa ISIS tidak cocok untuk kehidupan beragama di Indonesia,” kata Gomar.
Seruan dari Gomar ini sejalan dengan acara diskusi bertajuk “Umat Beragama dan Kepercayaan Menolak ISIS Demi Keutuhan NKRI” pada Senin (4/8). Di situ sejumlah tokoh agama menyerukan keberatan dan kegeraman atas organisasi radikal yang berpotensi merusak keberagaman dan multi kepercayaan yang ada di Indonesia ini.
Lebih lanjut Gomar mengatakan paham ekstremisme di Indonesia seperti ISIS terjadi karena ada sebagian kecil umat beragama di Indonesia memiliki persepsi yang salah tentang kebenaran yang dipahami adalah versi agamanya sendiri.
“Dalam kerangka kebhinekaan kebenaran tidak hanya ada di dalam agama tertentu, dan kita umat beragama harus masuk dalam frame kebenaran itu,” kata Gomar.
Paham dan gerakan ISIS yang sejauh ini berkembang di wilayah Suriah dan Irak merambah ke berbagai penjuru dunia, di Indonesia beberapa waktu lalu muncul video ajakan di sebuah media sosial tentang ajakan untuk melakukan peperangan (jihad) terhadap umat beragama lain sebagai bentuk dukungan kepada ISIS.
Pemerintah Indonesia beberapa waktu lalu menyatakan ketegasannya secara resmi tentang larangan masuk dan berkembangnya ISIS yang dikhawatirkan menjadi Islamic State (IS) atau Negara Islam di Indonesia. Pemerintah menilai, paham itu tidak sesuai dengan ideologi Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan azas kebhinekaan.
Presiden SBY juga menginstruksikan kepada Kementerian Kominfo untuk melakukan blokade atau blokir terhadap upaya-upaya penyebaran paham ISIS melalui media sosial, atau yang lebih tajam yang selalu disiarkan melalui Youtube.
Gomar mengatakan PGI tidak ingin campur tangan atas apa yang menjadi ajaran agama lain, akan tetapi PGI berpegang pada keyakinan bahwa agama apa pun yang ada di Indonesia akan mengajarkan kedamaian.
“Sebagai umat beragama, kita yang tinggal di Indonesia harus memiliki keyakinan yang paling dalam terhadap tragedi kemanusiaan. Saat ini gerakan radikal semakin membukakan mata kita bahwa agama memiliki dua sisi, di satu sisi agama akan membebaskan dan membimbing umat kepada keselamatan, namun pada sisi lain agama akan memenjarakan kita ke dalam kuasa kematian,” lanjut Gomar.
Gomar menjelaskan agama merupakan sisi pembebasan kalau umat manusia menghargai Sang Pencipta atau Tuhan sebagai sumber keselamatan. Akan tetapi Agama akan menjadi sumber bencana dan kematian saat Tuhan hanya akan memberi kebenaran dan keselamatan kepada sejumlah umat beragama tertentu saja, sementara orang lain tidak.
Saat ditanya satuharapan.com apakah ada kekhawatiran dari PGI apabila para pengikut ISIS di Indonesia akan melakukan tindakan kekerasan kepada kepercayaan minoritas lain di Indonesia, Gomar menjelaskan kekhawatiran memang ada tetapi PGI percaya bahwa Pancasila melandasi kehidupan sosial dan beragama di Indonesia.
“Untuk Indonesia patokannya adalah Pancasila. Karena agama apa pun Islam, Kristen, Katolik, atau agama apa pun boleh berkembang di Indonesia karena patokan dasarnya tetap konstitusi. Jadi yang menentang pancasila atau konstitusi tidak bisa hidup di Indonesia,” tutup Gomar.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...