PGI Harap Palestina dan Israel Damai, Demi Kemanusiaan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pendeta (Pdt.) Gomar Gultom, M.Th mengemukakan kepada satuharapan.com pada Jumat (8/8) bahwa pihaknya menginginkan adanya kesepahaman dan perdamaian pada konflik menahun di Jalur Gaza yang melibatkan gerilyawan Hamas dan militer Israel.
Gomar menyatakan ini seusai acara peluncuran buku Pdt. J.A.U Doloksaribu, M.Min yang berjudul Seribu Warna dan Nada Untuk Tuhan, di Gedung Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta.
“Apa yang terjadi di Palestina ini lebih ke kemanusiaan, dan kita harus pahami saat ini karena yang lebih penting adalah umat Kristiani menghimbau damai agar berkurang masalah kemanusiaan dan korban tidak bersalah terus bertambah,” kata Gomar.
Konflik Israel-Palestina bukan konflik sektarian yang melibatkan agama. Sesungguhnya peperangan bermula dari kepentingan politik pasca-perang dunia I yang ditandai dengan terbitnya sebuah perjanjian rahasia bernama Perjanjian Sykes-Pickot yang ditandatangani negara pemenang perang dunia I yaitu Inggris, Prancis, dan Rusia pada 19 Mei 1916. Perjanjian Sykes-Pickot berisi pembagian wilayah bekas Turki Ottoman di Timur Tengah yang kalah perang dunia I, yang saat ini mencakup wilayah Suriah, Israel, Palestina dan sebagian Irak.
Proklamasi kemerdekaan Israel membuat konflik Arab-imigran Yahudi mencapai puncaknya. Perlawanan besar-besaran Bangsa Arab menghasilkan perang Arab-Israel 1948 yang dimenangkan Israel. Perang Israel dan Arab terus berlanjut hingga kini, penyebab agresi Israel yang terbaru adalah dipicu oleh penculikan sekelompok remaja Israel yang diduga dilakukan oleh gerilyawan Hamas di Tepi Barat.
Gomar mengharap saat ini gereja-gereja, tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia membuat seruan ke publik Internasional tentang perdamaian.
“Saat ini penting juga bagi kita melihat tentang pendekatan yang berbeda, apakah mayoritas warga kedua negara akan setuju apabila Israel dan Palestina memilih opsi kehadiran dua negara. Apakah Israel saja tanpa Palestina, atau Palestina saja tanpa Israel. Itu adalah masalah yang sebenarnya sederhana, tetapi tidak pernah selesai,” kata Gomar.
Walau situasi Israel dan Palestina senantiasa diliputi kecemasan, setidaknya kedua pihak yang bertikai sempat mengajukan gencatan senjata sehingga korban jiwa sempat berkurang, akan tetapi tetap ada salah satu pihak yang melanggarnya. Catatan PBB beberapa hari lalu menyebut Gencatan senjata tiga hari yang mengakhiri empat pekan pertumpahan darah antara Israel dan Hamas yang menewaskan 1.886 warga Palestina dan 76 orang dari pihak Israel.
Pernyataan PBB mencatat bahwa meski sekitar 520.000 warga Palestina yang mengungsi selama pertempuran telah kembali ke rumah mereka, perkiraan awal mengindikasikan bahwa lebih dari 10.000 unit rumah hancur atau rusak parah, menyebabkan 65.000 orang kehilangan rumah.
Gomar berharap otoritas tertinggi agama mana pun juga di dunia mengajak pihak yang bertikai untuk berpikir bahwa telah banyak jatuh korban jiwa yang tidak bersalah. “Saat ini yang penting adalah apabila keduanya mau duduk di meja perundingan,” tutup Gomar.
Editor : Bayu Probo
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...