GPIB Koinonia: Wafat Yesus Hadirkan Damai dan Kebangkitan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Yesus Kristus yang wafat di kayu salib menghadirkan dua hal bagi umat yang percaya kepada-Nya, yakni pendamaian dan kebangkitan. Hal ini dikemukakan Pendeta (Pdt.) Anton Sangkaeng, dari jemaat pelayanan Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat Surya Kasih yang berkhotbah dalam kebaktian Jumat Agung, pada Jumat (18/4) pagi WIB di GPIB Jemaat Koinonia, Jakarta.
“Dalam Kristus kita mengenal pendamaian dan kebangkitan, sama halnya yang terdapat dalam rangkaian Tri Hari Suci,” kata Anton.
“Pendamaian, bapak dan ibu sekalian, merupakan karunia yang terjadi karena harusnya kita menerima hukuman (akibat dosa-dosa manusia –red), tetapi Allah tidak berkenan, sebaliknya dia mendamaikan diri-Nya kepada kita lewat pengorbanan Kristus di kayu salib, kedua kebangkitan orang mati,” lanjut Anton.
Perikop Bacaan Yohanes 19:28-30
Pdt. Anton Sangkaeng mendasari khotbahnya dari Yohanes pasal 19 ayat 28 hingga 30, dalam perikop berjudul “Yesus Mati” yang menguraikan bahwa Yesus melakukan penggenapan seperti yang tertuang dalam Alkitab bahwa Yesus telah menyelesaikan Karya Penyelamatan di dunia.
Yohanes pasal 19 ayat 28.
Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus!"
Yohanes pasal 19 ayat 29.
Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.
Yohanes pasal 19 ayat 30.
Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Anton menggaris bawahi dalam khotbahnya bahwa makna ayat 30 yakni Yesus telah menggenapi karya Keselamatan, dan kematianNya di kayu salib bukan merupakan tanda pekerjaan-Nya akan berakhir, tetapi Yesus menyelesaikan apa yang tidak mampu dikerjakan manusia.
“Dalam bacaan tadi, maka dalam bacaan tadi dia mengatakan “sudah selesai” (Yohanes 19:30),” kata Anton.
“Karena manusia tidak dapat menyelesaikan karya-karya keselamatanseperti yang telah dilakukan dalam Perjanjian sebelumnya, maka Yesus-lah yang menyelesaikannya,” lanjut Anton.
Paskah bagi umat Kristiani penting karena manusia telah ditebus dari dosa dan maut, maka manusia tidak diperkenankan melakukan perbuatan-perbuatan yang melawan kehendak Allah.
Kebangkitan
Anton menguraikan bahwa kebangkitan dalam kaitannya dengan tema Paskah yang disampaikan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia, “Kebangkitan-Nya Memulihkan Kehidupan”, umat Kristiani harus menyadari bahwa saat momentum penting untuk bangkit berbuat lebih baik.
“Sekarang saat kita beroleh kesempatan untuk sebentar lagi memperingati kematian Kristus maka kita harus melihat itu sebagai kesempatan yang Tuhan berikan bagi kita untuk ktia tahu bahwa dia mengasihi kita, dan dia mengampuni kita. Karena Melalui Paskah, umat Kristiani diharapkan memaknai Paskah dengan lebih mendalami segi-segi teologi, semakin mempererat persekutuan dan menegakkan martabat kemanusiaan.
Anton mengatakan saat ini di dunia banyak yang menolak karya Keselamatan Yesus Kristus, atau umat Kristiani sendiri menyepelekan karya Agung Yesus Kristus sehingga ada yang menerima akibatnya, langsung maupun tidak langsung.
“Saat ini dapat kita temui contoh dalam kehidupan sehari-hari banyak yang meragukan Karya Kristus padahal mereka Kristiani, coba kita lihat dalam rangkaian sejarah nahkoda Kapal Titanic yang pernah berkata dengan sombongnya kepada banyak orang, ‘Tuhan sekalipun tidak dapat menenggelamkan kapal ini’, dan kita semua sudah tahu ceritanya,” kata Anton memberi contoh.
Cerita tentang RMS Titanic yakni sebuah perusahaan pelayaran dimiliki oleh White Star Line yang dibuat di galangan kapal Harland and Wolff. Titanic merupakan kapal uap penumpang terbesar di dunia pada masa peluncurannya.
Namun na'as pada saat pelayaran pertamanya, Titanic menabrak gunung es pada pukul 23:40 (waktu kapal), Minggu, 14 April 1912, dan tenggelam sekitar dua jam empat puluh menit kemudian pada pukul 2:20 pagi hari Senin, 15 April 1912.
Tenggelamnya bencana tersebut mengakibatkan kematian lebih dari 1.500 orang, dan menjadikannya sebagai bencana laut terburuk semasa zaman dalam sejarah.
Menurut Anton, ada kesamaan antara kesombongan salah satu kapten kapal Titanic tersebut dengan pada jaman ketika Yesus masih ada.
“Ketika orang saduki segenap penjuru dunia, terisitimewa ahli pikir Yunani, tidak mengakui kebangkitan, maka Yesus mewujudkannya,” kata Anton Sangkaeng.
Seusai Pdt. Anton Sangkaeng menyampaikan khotbah, dia menyampaikan sakramen perjamuan kudus. GPIB Jemaat Koinonia pada Jumat Agung melayani tiga kali sakramen perjamuan kudus dalam rangka memperingati Jumat Agung, yang pertama digelar pukul 07:00 kemudian pukul 10:00, dan yang terakhir pukul 18:00.
Editor : Bayu Probo
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...