Loading...
FOTO
Penulis: Francisca Christy Rosana 12:30 WIB | Minggu, 04 Januari 2015

Grebeg Sekaten, Warga Padati Kraton Yogyakarta

Grebeg Sekaten, Warga Padati Kraton Yogyakarta
Pengunjung berlari di depan pintu gerbang Kraton Yogyakarta. Di belakangnya nampak petugas mengatur pengunjung yang berebut ingin memasuki area Grebeg Sekaten pada Sabtu (3/1) tersebut. (Foto-foto: Francisca Christy Rosana)
Grebeg Sekaten, Warga Padati Kraton Yogyakarta
Pengunjung mulai memasuki area Kraton Yogyakarta pukul 08.00 WIB.
Grebeg Sekaten, Warga Padati Kraton Yogyakarta
Pengunjung yang telah mendapat tiket grebeg mulai memasuki Kraton, sementara tampak di belakang pengunjung yang belum mendapat tiket masuk masih berjajar di depan gerbang Kraton.
Grebeg Sekaten, Warga Padati Kraton Yogyakarta
Pengunjung mulai mengantre di depan loket pukul 06.00 WIB.
Grebeg Sekaten, Warga Padati Kraton Yogyakarta
Anak-anak nampak kelelahan mengantre masuk ke lokasi Kraton untuk mengikuti rangkaian Grebeg.
Grebeg Sekaten, Warga Padati Kraton Yogyakarta
Abdi dalem Kraton memasuki area Grebeg.
Grebeg Sekaten, Warga Padati Kraton Yogyakarta
Abdi Dalem datang ke lokasi Grebeg dan bersiap untuk Pawai Grebeg sejak pukul 05.30 WIB.
Grebeg Sekaten, Warga Padati Kraton Yogyakarta
Abdi dalem dan petugas kemanan nampak berjaga-jaga di area Grebeg Kraton Yogyakarta.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ribuan warga tampak memadati Alun-alun Utara Kraton Yogyakarta pada Sabtu (3/1) untuk mengikuti ritual rutin tahunan, yakni Grebeg Sekaten guna memperingati hari besar Islam, Maulud Nabi Muhammad SAW.

Sejak pukul 06.00 WIB mereka berjajar di depan gerbang Kraton meskipun ‘anyaman’ besi setingi hampir tiga meter tersebut baru dibuka pada pukul 08.00 WIB.   

Antusiasme yang tinggi menyebabkan warga berdesak-desakan mendekati pintu gerbang Kraton. Sementara itu, beberapa anak nampak terhimpit dalam kerumunan tesebut.

Puntoro, pemandu wisata yang bertugas di Museum  Pagelaran Kraton kepada satuharapan.com menjelaskan tingginya antusiasme warga untuk menghadiri acara Grebeg Sekaten ini memang selalu terjadi setiap tahun.

Grebeg menurut penjelasan Puntoro merupakan rangkaian upacara menyambut hari besar Islam. Biasanya grebeg diadakan tiga kali dalam setahun.

“Grebeg syawal saat Idul Fitri, grebeg besar pada hari raya Idul Adha, dan kemudian Grebeg Sekaten saat Maulud Nabi. Yang paling ramai memang saat Grebeg Sekaten,” ujar Puntoro.

Dalam Grebeg Sekaten, Raja mengeluarkan sejumlah tujuh gunungan yang dapat diperebutkan warga. Gunungan ialah hasil bumi yang dirangkai membentuk gunung.

“Gunungan itu dibawa ke masjid terlebih dahulu untuk didoakan baru kemudian diperebutkan oleh masyarakat. Gunungan berisi hasil bumi  seperti kacang panjang, cabai, terong, dan sebagainya,” kata Puntoro.

Masyarakat menganggap gunungan ini merupakan berkah dari raja sebagai penolak bala. Oleh karena itu, masyarakat berbondong-bondong memperebutkan hasil bumi yang telah dirangkai dalam gunungan tersebut.

“Dari dulu sampai sekarang masyarakat masih percaya akan hal itu,” ujar Puntoro.

Sejak Zaman Para Wali

Tradisi Grebeg Sekaten dimulai sejak zaman Wali Sunan Kalijaga. Rangkaian acara Grebeg dimaksudkan untuk menyambut kehadiran kanjeng Nabi.

“Jadi grebeg ini juga sebagai upaya mendekatkan rakyat pada Sang Pencipta,” ujar Puntoro.

Sejak zaman dahulu, sekaten digunakan sebagai sarana syiar agama.

“Sekatan merupakan salah satu cara syiar agama menggunakan media gamelan. Gamelan dikeluarkan pada 5 Maulud sampai 11 Maulud dari Istana dibawa ke Masjid Gede Kauman yang dibangun Raja pada 1973. Jadi pada 5 – 11 Maulud itu gamelan dikeluarkan terlebih dahulu untuk syiar agama kemudian setelah itu puncaknyadiadakan  upacara Grebeg pada 12 Maulud,” Puntoro menjelaskan.

Sekaten sendiri berasal dari kata Syahadatain. Syahadatain merupakan dua kalimat syahadat yang menjadi sarana pintu masuknya seseorang ke dalam agama Islam.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home