Grebeg Sekaten, Warga Padati Kraton Yogyakarta
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ribuan warga tampak memadati Alun-alun Utara Kraton Yogyakarta pada Sabtu (3/1) untuk mengikuti ritual rutin tahunan, yakni Grebeg Sekaten guna memperingati hari besar Islam, Maulud Nabi Muhammad SAW.
Sejak pukul 06.00 WIB mereka berjajar di depan gerbang Kraton meskipun ‘anyaman’ besi setingi hampir tiga meter tersebut baru dibuka pada pukul 08.00 WIB.
Antusiasme yang tinggi menyebabkan warga berdesak-desakan mendekati pintu gerbang Kraton. Sementara itu, beberapa anak nampak terhimpit dalam kerumunan tesebut.
Puntoro, pemandu wisata yang bertugas di Museum Pagelaran Kraton kepada satuharapan.com menjelaskan tingginya antusiasme warga untuk menghadiri acara Grebeg Sekaten ini memang selalu terjadi setiap tahun.
Grebeg menurut penjelasan Puntoro merupakan rangkaian upacara menyambut hari besar Islam. Biasanya grebeg diadakan tiga kali dalam setahun.
“Grebeg syawal saat Idul Fitri, grebeg besar pada hari raya Idul Adha, dan kemudian Grebeg Sekaten saat Maulud Nabi. Yang paling ramai memang saat Grebeg Sekaten,” ujar Puntoro.
Dalam Grebeg Sekaten, Raja mengeluarkan sejumlah tujuh gunungan yang dapat diperebutkan warga. Gunungan ialah hasil bumi yang dirangkai membentuk gunung.
“Gunungan itu dibawa ke masjid terlebih dahulu untuk didoakan baru kemudian diperebutkan oleh masyarakat. Gunungan berisi hasil bumi seperti kacang panjang, cabai, terong, dan sebagainya,” kata Puntoro.
Masyarakat menganggap gunungan ini merupakan berkah dari raja sebagai penolak bala. Oleh karena itu, masyarakat berbondong-bondong memperebutkan hasil bumi yang telah dirangkai dalam gunungan tersebut.
“Dari dulu sampai sekarang masyarakat masih percaya akan hal itu,” ujar Puntoro.
Sejak Zaman Para Wali
Tradisi Grebeg Sekaten dimulai sejak zaman Wali Sunan Kalijaga. Rangkaian acara Grebeg dimaksudkan untuk menyambut kehadiran kanjeng Nabi.
“Jadi grebeg ini juga sebagai upaya mendekatkan rakyat pada Sang Pencipta,” ujar Puntoro.
Sejak zaman dahulu, sekaten digunakan sebagai sarana syiar agama.
“Sekatan merupakan salah satu cara syiar agama menggunakan media gamelan. Gamelan dikeluarkan pada 5 Maulud sampai 11 Maulud dari Istana dibawa ke Masjid Gede Kauman yang dibangun Raja pada 1973. Jadi pada 5 – 11 Maulud itu gamelan dikeluarkan terlebih dahulu untuk syiar agama kemudian setelah itu puncaknyadiadakan upacara Grebeg pada 12 Maulud,” Puntoro menjelaskan.
Sekaten sendiri berasal dari kata Syahadatain. Syahadatain merupakan dua kalimat syahadat yang menjadi sarana pintu masuknya seseorang ke dalam agama Islam.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...