Greenpeace Luncurkan Situs Pemodelan Dampak Polusi PLTU
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Greenpeace Indonesia meluncurkan situs pemodelan online interaktif, yang dapat memberikan gambaran tentang polusi hasil pembakaran batubara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di puluhan kota di seluruh Indonesia.
Team Leader Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Hindun Mulaika, di Jakarta, Rabu (27/4), mengatakan situs yang diberi nama revolusienergi.org itu, dapat memberikan informasi kepada warga tentang tingkat polusi udara, risiko kematian dini, serta jumlah kasus penyakit yang diderita akibat pencemaran udara akibat PLTU batubara.
Menurut dia, partikulat-partikulat berbahaya seperti Particulate Matte (PM) 2.5 dan PM 10 yang berasal dari pembakaran batubara, dapat menyebar hingga radius 500 hingga 1.000 kilometer (km) dari lokasi PLTU berada. Meskipun pada sebuah wilayah atau kota tidak terdapat PLTU batubara, bahaya dari partikulat berbahaya akan tetap mengancam warga yang hidup di kota tersebut.
Karena itu, katanya, situs ini sangat berguna dan mudah digunakan. Pengguna hanya perlu memasukkan nama kota tertentu, dan selanjutnya pengguna dapat mengakses data termasuk jenis penyakit serta risiko kematian dini akibat polusi yang berasal dari pembakaran batubara.
Para pengguna dapat membagikan tautan ke laman media sosial mereka, dan menandai kerabat atau teman yang tinggal di kota tersebut.
Peneliti Greenpeace, Hilda Meutia, mengatakan, situs ini dibuat menyusul peluncuran laporan hasil studi tentang polusi udara akibat PLTU batubara yang dikeluarkan oleh Greenpeace pada 2015.
Dalam laporan tersebut Harvard University melakukan pemodelan suasana atmosfer yang disebut GEOS-CHEM, yang mampu menghitung risiko penyebaran polusi udara akibat PLTU batubara, dan memprediksi angka risiko kematian dini akibat berbagai penyakit pernapasan seperti ISPA, jantung iskemik, paru-paru, hingga stroke.
Banyak anggota masyarakat, menurut dia, tidak mengetahui sumber pencemaran udara yang mereka hirup sehari-hari.
Pencemaran udara, tidak hanya berasal dari asap kendaraan bermotor namun juga bersumber dari PLTU batubara yang beroperasi saat ini.
“Penyebaran partikulat pembunuh seperti PM 2.5 yang tidak kasat mata, mengakibatkan berbagai macam penyakit pernapasan yang diderita masyarakat yang hidup di kota-kota besar di Indonesia. Wanita dan anak-anak adalah kelompok yang paling rentan mengidap penyakit pernapasan ini,“ kata dia.
Saat ini, ia mengatakan Tiongkok dan India mulai mengurangi ketergantungan mereka terhadap bahan bakar fosil yang kotor ini. Harapannya, Indonesia mengikuti langkah kedua negara tersebut.(Ant)
Editor : Sotyati
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...