Wulung, Drone Karya Anak Bangsa
BANDUNG, SATUHARAPAN.COM - Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) atau drone karya anak bangsa yang dinamakan Wulung, berhasil mendapatkan sertifikat tipe (Type Certificate) dari Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA).
Wulung adalah hasil produksi yang dikembangkan bersama oleh PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.
Sebelum diproduksi, Wulung telah mendapatkan sertifikat tipe (Type Certificate) dari Otoritas Kelayakan Terbang Militer Indonesia (IMAA). Sertifikat tersebut diserahkan kepada PTDI pada Selasa (26/4) di kantor PTDI, Bandung, pada Selasa (26/4) seperti dilansir dari bumn.go.id.
Wulung dirancang sebagai sebuah pesawat tanpa awak dengan kemampuan autopilot, menggunakan struktur komposit modular, ruang akses yang luas, dan perakitan yang cepat dan mudah. Dengan sistem autopilot yang terintegrasi di pesawat, Wulung dapat melakukan misi secara otomatis. Tiga misi utamanya adalah intelijen, pengawasan, dan pengintaian.
Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisyahbana, mengatakan, Wulung diproduksi dengan menggunakan proses pembuatan dan komponen yang sesuai dengan standar industri penerbangan dan kualifikasi yang berlaku untuk produk pesawat terbang.
“Ini merupakan suatu tipe pesawat yang menjadi trademark Indonesia. Tapi secara teknis pesawat ini akan terus dilakukan improvement. Misalnya saat ini kami baru tes kemampuan jam terbangnya empat jam, kami akan menaikkan kemampuannya menjadi terbang delapan jam seperti yang diharapkan. Tapi itu akan bertahap. Dan dibangun sesuai dengan suatu riset yang bertahap dan step by step, dengan mempergunakan analisa yang tepat," katanya baru-baru ini, seperti yang diberitakan voaindonesia.com.
Proses produksi si Wulung dimulai sejak tahun 2014. Drone ini mampu terbang hingga radius 100 kilometer dari pusat pengendali, selama 2-3 jam nonstop dengan ketinggian jelajah hingga maksimal 5.500 kaki atau 1,7 kilometer.
Wulung juga dilengkapi dengan kamera yang mampu mengambil data video dan foto secara real time, dengan kualitas definisi tinggi (HD) dan dilengkapi dengan teknologi inframerah.
Teknologi kamera yang saat ini terpasang bisa mengambil video dan foto secara jelas pada ketinggian antara 3.000 sampai 4.000 kaki. Wulung juga telah melakukan 13 kali uji terbang sertifikasi guna mengetahui kemampuan terbang dan memastikan bahwa seluruh komponen dan peralatannya berfungsi baik.
Manajer Program Wulung, Bona Putravia Fitrikananda, mengatakan saat BPPT menyerahkan riset Wulung, baru sebatas konsep pesawat yang bisa dikendalikan untuk terbang. PTDI kemudian mencoba mengembangkannya sesuai standar industri.
“Pesawat ini didesain dengan tim dari PTDI, tentunya dibantu juga dengan tim dari Balitbang maupun dari BPPT. Dari PTDI-nya sendiri yang tercatat ada sekitar 100 engineer yang akan bekerja di sini untuk merealisasikan dari hasil riset menjadi produk industri," kata Laksamana Pertama TNI M Sofyan, Kepala Pusat Kelaikan Badan Sarana Pertahanan-Kementerian Pertahanan RI.
Ia menambahkan, pemerintah kemungkinan membutuhkan drone dalam jumlah banyak. Salah satunya adalah – sesuai perintah presiden – digunakan untuk mengawasi daerah perbatasan selama 24 jam, seperti di Kalimantan Timur di mana ada 2.000 kilometer garis batas yang harus diawasi.
Produksi Wulung ini tidak memakan waktu lama. Hanya dibutuhkan waktu enam minggu untuk memproduksi satu drone. Produksi massal akan mulai dilakukan awal Mei 2016 ini.
Editor : Sotyati
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...